Kekayaan di
Indonesia sangatlah melimpah, terlebih dalam
hal sektor pertanian dan peternakan. Maka tidak mengherankan jika
Indonesia dijuluki sebagai negara agraris. Hal ini
menunjukan bahwa di bumi pertiwi Indonesia ini dapat membawa kesejahteraan bagi rakyatnya karena ketersediaan sumber alam yang dapat dimanfaatkan. Hanya saja bagaimanakah cara memanfaatkannya dan mengatur kekayaaan tersebut sehingga tetap terjaga. Pada kenyataannya sekarang ini banyak masyarakat yang terpuruk di dalam kondisi kemiskinan dan kelaparan.
menunjukan bahwa di bumi pertiwi Indonesia ini dapat membawa kesejahteraan bagi rakyatnya karena ketersediaan sumber alam yang dapat dimanfaatkan. Hanya saja bagaimanakah cara memanfaatkannya dan mengatur kekayaaan tersebut sehingga tetap terjaga. Pada kenyataannya sekarang ini banyak masyarakat yang terpuruk di dalam kondisi kemiskinan dan kelaparan.
Akibat dari revolusi hijau yang terjadi pada
era -70an menyebabkan pertanian sekarang ini masih tergantung dengan pupuk
kimia yang bertujuan untuk meningkatkan hasil produksi akan tetapi pada
kenyataannya malah merusak pada kondisi
lahan pertanian. Perhatian terhadap perkembangan pertanian pada agroekosistem
lahan kering (kecuali perkebunan skala besar) menjadi
sangat kurang.
Sebagai ilustrasi, perkembangan teknologi dan produktivitas tanaman pangan pada agroekosistem
lahan kering (kecuali beberapa komoditas
tertentu) menjadi sangat lamban jikadibandingkan dengan apa yang terjadi pada
agroekosistemn persawahan. Padasaat teknologi lahan sawah mencapai tahap levelling
off, teknologi lahan kering maupun agroekosistem lainnya belum mampu
meningkatkan produktifitas tanaman secara signifikan Sama halnya peternakan,
berbagai terobosan yang memungkinkan terjadinya lompatan produktivitas dan
usahatani juga kurang terfasilitasi. Kebijakan pengembangan komoditas pangan
yang terfokus pada padi secara monokultur telah mengabaikan potensi
pengembangan sumberdaya lainnya terutama di lahan-lahan kering.
Menurut data BPS
tahun 2004 total luas lahan pertanian di Indonesia adalah sekitar 73.4 juta hektar.
Dari jumlah itu, sekitar 65.7 juta hektar (90.5 %)adalah lahan kering dan
sekitar 7.7 juta hektar (10.5 %) lahan sawah. Apabiladikaji lebih jauh dari
data penggunaan lahan kering yang ada, menunjukan bahwa
ketergantungan pertanian pada usaha tani lahan kering jauh lebih besar daripada lahan basah/ sawah yang
hanya 7.7 juta ha, dan separuh areal luasannya 3.24 juta ha berada di Jawa.
Sistem pertanian
lahan kering pada umumnya belum dipahami secara mendalam sementara keragaman
ekosistemnya cukup kompleks. Kendala lingkungan, kondisi sosial ekonomi
masyarakat serta terbatasnya sentuhan teknologi yang adaptif mengakibatkan
kualitas produktivitas dan stabilitas sistem usaha tani yang ada masih
terbatas. Kerusakan fungsi lahan sebagai
media tumbuh seperti pekanya tanah terhadap erosi, minimnya unsur hara, bahan
organik yang terbatas merupakan permasalahan biofisik. Sementara itu pihak petani
lahan kering merupakan petani yang tergolong subsisten ditandai dengan
pendapatan dan tingkat pendidikan yang rendah, ketrampilan terbatas serta
terbatasnya pelaksanaan konservasi pada lahan usaha taninya.hal ini merupakan
masalah-masalah klasik di kalangan petani lahan kering yang memerlukan
penanganan yang optimal, terencana dan berkelanjutan.
Teknologi yang
dipandang tepat adalah teknologi yang berasakan integrated farming system (
pertanian terpadu ) yaitu sistem pertanian yang efisien dan berwawasan
lingkungan yang mampu memanfaatkan potensi sumberdaya lokal secara optimal yang
bertujuan untuk pembangunan pertanian secara berkelanjutan.
Sistem Pertanian
terpadu merupakan sistem yang menggabungkan kegiatan pertanian,peternakan, perikanan, kehutanan dan ilmu lain yang terkait dengan pertanian dalam
satu lahan, sehingga diharapkan dapat sebagai salah
satu solusi bagi peningkatan produktivitas lahan, program pembangunan
dan konservatisi lingkungan serta pengembangan desa secara
terpadu. Diharapkan kebutuhan jangka pendek, menengah, dan panjang petani
berupa pangan, sandang dan papan akan tercukupi dengan sistem pertanian
ini.
Usaha peternakan
sapi merupakan bagian integral dari sistem usaha tani lahan kering yang
berperan penting dalam sebagai sumber pendapatan petani, terutama jika tanaman
mengalami kegagalan. Dengan rata-rata kepemilikan lahan
50 are, pendapatan rumah tangga petani yang mengusahakan diversifikasi
usahatani di lahan kering mencapai Rp. 3.24 juta. Terlihat bahwa peran sapi
cukup tinggi. Selain
pendapatan dari penjualan ternak, ternak ruminansia dapat menghasilkan kotoran
ternak dalam jumlah yang cukup banyak. Dengan pengolahan secara sederhana
kotoran tersebut dapat diubah menjadi pupuk organik yang sangat bermanfaat bagi
peningkatan kesuburan tanah. Selain digunakan untuk kebutuhan sendiri pupuk
kandang dapat dijual dengan harga yang lumayan. Sehingga secara keseluruhan
kombinasi kegiatan pemeliharan ternak ruminansia dan bercocok tanam akan sangat
menguntungkan petani dengan jalan pengurangan biaya produksi dan peningkatan
penghasilan. Pengembangan
peternakan ruminasia
dilahan kering dapat meningkatkan kualitas lahan. Seekor sapi dewasa dapat menghasilkan kotoran
padat segar (feces) rata-rata 7.5 ton per tahun yang mengandung sekitar 15
kg N, 15 kh P2O5 dan 20kg K2O. selain meningkatkan kandungan hara, kotoran sapi
mampu memperbaiki sifat fisik dan biologi tanah.
Pengembangan peternakan dilahan
kering membutuhkan hijauan pakan. Seperti diketahui biaya operasional terbesar
dalam peternakan adalah biaya
pakan dan tenaga kerja. Dengan jalan mengintegrasikan kegiatan pemeliharaan
ternak dengan kegiatan usahatani lainnya akan dihasilkan efisiensi biaya
produksi yang tinggi. Tanaman
pakan ternak ada yang berupa rerumputan(gramineae dan leguminosa) dan ada
pepohonan. Tanaman rerumputan dapat ditanam di lahan-lahan berkemiringan
sebagai pencegah erosi dan menyuburkan tanah melalui rhizobium yang terdapat
pada bintil akar.
Oleh karena itu
pengelolaan lahan kering dengan pertanian berbasis peternakan sangat diperlukan
untuk memperbaiki tanah kering dan juga selain itu pengelolaan lahan kering
dengan pertanian berbasis peternakan juga akan meningkatkan pendapatan petani,
karena dengan menerapkan pertanian berbasis peternakan petani akan mendapatkan
hasil dari dua sektor yakni memperoleh dari sektor pertanian dan juga
memperoleh hasil dari sektor peternakan. Apabila disektor pertanian terserang
penyakit atau terkena bencana yang mengakibatkan gagal panen, maka petani masih
punya cadangan pendapatan dari sektor peternakan.
0 komentar:
Post a Comment