Sistem
edukasi adalah salah satu metode efektif untuk meningkatkan kualitas dan
regenerasi semangat para petani di Indonesia. Pada tahun 1960, Indonesia adalah pengekspor
nasi terbesar di
dunia. Namun, ketersediaan, kemudahan akses, dan kesterilan pangan menurun sejak 1981. (Nicholas Rada, 2010). Salah satu solusi untuk membawa perubahan yang lebih baik adalah meningkatkan kuantitas hasil ekspor melalui potensi yang sudah ada dengan pengembangan teknik bercocok tanam (Erik Thorbecke & Theodore Van Der Pluijm, 1993). Untuk mengembangkan teknik dan pengetahuan, dibutuhkan penelitian. Sebrilian apapun pemikiran dan inovasi, tetap akan menjadi percuma apabila para peneliti tidak mensosialisasi dan mengajarkannya kepada para petani melalui pelatihan.
dunia. Namun, ketersediaan, kemudahan akses, dan kesterilan pangan menurun sejak 1981. (Nicholas Rada, 2010). Salah satu solusi untuk membawa perubahan yang lebih baik adalah meningkatkan kuantitas hasil ekspor melalui potensi yang sudah ada dengan pengembangan teknik bercocok tanam (Erik Thorbecke & Theodore Van Der Pluijm, 1993). Untuk mengembangkan teknik dan pengetahuan, dibutuhkan penelitian. Sebrilian apapun pemikiran dan inovasi, tetap akan menjadi percuma apabila para peneliti tidak mensosialisasi dan mengajarkannya kepada para petani melalui pelatihan.
Manfaat
sistem edukasi yang pertama adalah memungkinkannya pelatih untuk menginstruksi
dan mengobservasi para petani secara langsung sehingga efektif. Interaksi tatap
muka antar dua atau beberapa orang dimana pengirim dan penerima pesan dapat
menanggapi secara langsung disebut komunikasi interpersonal (Agus M. Hardjana,
2003). Pada kenyataannya, apapun yang dikatakan pada komunikasi interpersonal
meninggalkan kesan dan pengaruh pada diri seseorang. (Dr. Ibrahim Elfiky, 2000) dan dalam setiap komunikasi, baik bagi orang
yang mengirim maupun menerima tidak dapat menghilangkan dampak kata-kata yang
tidak bisa dicabut lagi (Agus M. Hardjana, 2003). Menurut Edwin Neuman, komunikasi
adalah sebuah proses untuk mengubah sekelompok manusia menjadi kelompok yang
berfungsi (Drs. Jalaluddin Rakhmat, M. Sc., 2011). Efek berkesan tersebut akan
membuat para petani lebih memaknai dalam mengaplikasikan hasil edukasi yang
diterimanya. Teknik pengembangan yang sudah kredibel dan diteliti diedukasikan sehingga
memajukan sektor pertanian Indonesia.
Selain
itu, sistem edukasi juga meningkatkan kualitas petani karena meningkatnya
kepercayaan diri. Biasanya, instruktor akan memulai dari pemahaman dasar para
petani yang ada terlebih dahulu. Para edukator pun diharapkan interaktif dan
menanggapi usul-usul dari orang-orang yang mereka ajarkan. (Deborah P. Berrill, Dirk Jan Verhulst, Laura Doucette,
2006). Keinginan untuk menutup diri, selain karena konsep diri yang negatif,
timbul dari kurangnya kepercayaan kepada kemampuan sendiri. Seorang tokoh
Psikosibernetik, Maxwell Maltz pernah mengatakan, “Believe in yourself and you’ll succeed.” (Drs. Jalaludin Rakhmat,
M. Sc., 2011). Kepercayaan diri para petani memang penting karena dengan adanya
self-esteem, mereka dapat berhadapan
dengan masalah dan kesulitan secara lebih efektif. (Brian Tracy, 2012).
Dibandingkan dengan perasaan tidak ingin berjuang, rasa ingin sukses tentunya
lebih membuat petani-petani optimis dalam menjalani tugas dan tanggung jawabnya
sehingga memberi kontribusi pada peningkatan kualitas.
Keuntungan
lainnya dari sistem edukasi adalah petani yang semakin terbuka untuk berbagi
cerita dan pengalaman satu sama lainnya. Menurut Ashley Montagu, kita belajar
menjadi manusia melalui komunikasi. Komunikasi yang efektif menurut Stewart L.
Tubbs dan Sylvia Moss akan menimbulkan pengertian, kesenangan, pengaruh pada
sikap, hubungan yang makin baik, dan tindakan. Secara singkat, kebutuhan sosial
adalah ingin mengendalikan dan dikendalikan, dan ingin mencintai dan dicintai
(Drs. Jalaluddin Rakhmat, M. Sc., 2011). Para petani yang berada dalam posisi
yang sama bisa saja mengalami permasalahan yang berbeda-beda. Oleh karena itu,
hubungan keterbukaan perlu dijalin karena mereka dapat saling mengerti dan membantu
dalam semangat gotong-royong. Saat seseorang memiliki paradigma yang lebih
luas, ia akan menyadari pentingnya semangat kerja tim. Semakin cepat seseorang
menghargai pentingnya orang lain dalam hidupnya, semakin cepat sukses dan
berbahagialah dirinya (Anthony Dio Martin, 2005).
Selain
para petani, para edukator juga dapat membagikan pengalaman mereka saat bersama
para petani, dan mendorong masyarakat untuk ikut membantu dan berpartisipasi.
Bagi para penutur pengalaman, hal ini bermanfaat karena menceritakan apa yang
menjadi pikiran membantu menjaga stabilitas tubuh. (Anna Mariana & Milah Nurmilah, 2012). Komunikasi yang dilakukan para
edukator boleh ditujukan untuk memberikan informasi, menghibur atau memengaruhi
(Drs. Jalaluddin Rakhmat, M. Sc., 2011). Respon warga Indonesia yang diharapkan
adalah ikut mensosialisasikan mengenai edukasi. Bahkan, jika pesan komunikator
cukup menggugah, mereka dapat ikut berpartisipasi dalam program ini. Komunikasi
yang tepat sasaran akan meminimalisir sikap apatis terhadap sektor pertanian
dan petani yang selama ini diabaikan.
Maka
dari itu, diadakannya sistem edukasi terhadap petani menjadi salah satu metode
efektif yang memiliki banyak sisi positif untuk peningkatan kualitas dan
regenerasi, yaitu memungkinkannya tatapan muka secara langsung, meningkatkan
kepercayaan diri pada petani, meningkatkan keterbukaan dalam memberikan
pendapat para petani, dan memungkin para fasilitator untuk men-sharing pengalaman mereka kepada
masyarakat lainnya. Keuntungan yang diperoleh dari proses pelatihan ini
dirasakan kedua belah pihak, dari sisi para petani maupun sang pemandu edukasi.
Sebagai warga yang baik, masyarakat Indonesia perlu meningkatkan kepedulian. Sosialisasi
mengenai edukasi para petani ini perlu dilakukan. “The only person who is educated is the one who has learned how to learn
and change” merupakan kutipan Carl Rogers, tokoh humanistik, yang relevan
dengan topik ini. Salah satu upaya kontribusi untuk Indonesia yang dapat
dilaksanakan adalah edukasi ini. Kutipan lain untuk menutup esai ini adalah
dari Herbert Spencer, “the great aim of
education is not knowledge but action.”
0 komentar:
Post a Comment