Sanggar Pertanian Anak Sebagai Sarana Solutif Regenerasi Petani Indonesia

     

    Regenerasi petani adalah  pembaharuan semangat petani menuju pertanian Indonesia yang lebih baik. Salah satu isu yang penting dan memiliki hubungan dengan isu regenerasi petani adalah isu
bonus demografi Indonesia 2025. Bonus demografi yang akan melanda Indonesia 2025 sudah sepantasnya kita sambut dengan suka cita. Peningkatan jumlah pemuda dapat menjadi momentum baru untuk membentuk pemuda-pemuda Indonesia yang responsif dan solutif  serta siap meregenerasi petani Indonesia.  Akan tetapi, menciptakan pemuda-pemuda tersebut bukan hal yang mudah dan singkat.  Indonesia membutuhkan orang-orang yang berkomitmen tinggi untuk membentuk generasi-generasi mudanya menjadi generasi cinta pertanian. Selain komitmen, mereka juga harus ahli di bidangnya agar ilmu-ilmu yang disampaikan lebih bermutu.  Jadi,  ujung tombak revolusi pertanian Indonesia adalah pemuda-pemuda masa kini yang siap membentuk generasi mudanya untuk menjadi petani masa depan Indonesia.

     Penanaman nilai-nilai perubahan sebaiknya dilakukan sejak dini. Anak-anak usia 6-12 tahun merupakan sasaran yang baik untuk menanamkan pengetahuan yang positif. Anak-anak di usia tersebut mudah menerima informasi-informasi yang dipelajari dan diajarkan oleh orang tua serta lingkungannya.  Orang tua yang baik akan menyeleksi setiap informasi yang akan dipelajari oleh anak-anaknya.  Apalagi di masa globalisasi yang identik dengan kebebasan mengakses  informasi melalui internet sehingga berbagai informasi dengan mudah diakses oleh mereka.  Bahkan, tidak jarang kita melihat anak-anak usia 6-12 tahun sudah bisa mengoperasikan smartphone untuk bermain game atau menulusuri informasi yang mereka sukai.  Jika orang tua tidak mengawasi dengan baik, anak-anak akan mudah teracuni oleh informasi-informasi negatif  di dunia maya.  Dampak negatif lain dari globalisasi adalah mendekatkan mereka dengan perilaku konsumtif yang memberikankemudahan akses informasi. Jika hal ini dibiarkan terus-menerus,anak-anak Indonesia akan kehilangan sosok-sosok yang produktif untuk membangun negerinya sendiri dan selalu mengandalkan negara lain.

    Pertanian dalam arti luas adalah kegiatan yang memanfaatkan sumber daya hayati untuk menghasilkan bahan pangan, bahan industri dan sumber energi untuk mengelola serta mendukung kehidupan manusia. Sektor ini penting untuk diberi perhatian karena menyangkut hidup dan matinya suatu bangsa. Tanpa pertanian, masyarakat Indonesia tidak akan bisa beraktivitas seperti sekarang.  Lahan yang luas dan tanah yang subur adalah salah satu hal yang identik dengan pertanian Indonesia. Negara Agraris adalah julukan negeri ini yang dulu terkenal dengan pertaniannya baik sektor hulu maupun hilir. Akan tetapi, kini Indonesia diperkirakan akan mengalami krisis petani. Banyaknya golongan lanjut usia yang masih menekuni sektor pertanian membuat pesimis masa depan pertanian Indonesia.  Tak sedikit pemuda Indonesia yang memandang pertanian identik dengan hal kotor dan bau sehingga mengurangi minat mereka terhadap pertanian. Hal tersebut adalah dampak dari globalisasi yang terus merajalela di negeri tercinta ini. Penanaman nilai-nilai cinta pertanian yang tidak dilakukan sejak dini mengakibatkan pandangan negatif terhadap sektor ini. Pendidikan non formal di bidang pertanian yang kurang bagi anak usia 6-12 tahun membuat mereka kurang mengenal tentang arti penting sebuah pertanian di masa depan.

     Sanggar merupakan tempat suatu perkumpulan atau komunitas untuk melakukan sesuatu. Saat ini, sanggar identik dengan kegiatan hiburan dan seni , seperti  melukis, menyanyi , menari ,dan drama. Jarang sebuah sanggar yang mengombinasikan seni  dengan kegiatan  pertanian. Konsep dasar sanggar pertanian ini adalah Stay Close with Agriculture karena pendekatan pertanian dilakukan di kegiatan sehari-hari.  Walaupun seni dan pertanian itu berbeda tapi  memiliki kesempatan untuk dikombinasikan untuk membuat menarik sanggar ini. Sanggar ini akan mendekatkan mereka dengan kegiatan pertanian terpadu yang mengintegrasikan pertanian, perikanan, peternakan, dan teknologi untuk mengajarkan bahwa pertanian secara luas dapat dikolaborasikan. Sistem pertanian dari hulu hingga hilir diperkenalkan ke anak-anak untuk memberi edukasi tentang perjalanan bahan pangan sampai ke meja makan. Hal ini dilakukan  dengan terjun langsung melakukan kegiatan pertanian, seperti menanam padi, memerah sapi , memanen ikan, mengolah makanan, dan lain-lain. Kegiatan sanggar juga diperkaya dengan kegiatan kesenian pendukung, seperti teater, menari dan menyanyi yang baik untuk meningkatkan jiwa seni mereka.  Selanjutnya, kegiatan kerohanian juga penting diajarkan kepada anak-anak  supaya mereka bisa belajar tentang makna bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa terhadap segala sumber daya alam yang berlimpah di Indonesia. Petani masa depan adalah petani yang memiliki kualitas moral dan beragama. Secara langsung, sanggar ini akan menyeimbangkan antara IQ (Intelligence Quotient), EQ (Emosional Quotient) dan SQ (Spiritual Quotient) untuk menciptakan calon petani yang memilik pintar , berkarakter dan dekat kepada Tuhan Yang Maha Esa.

     Pengusaha pertanian, pengajar dan pemerintah merupakan tiga hal penting yang harus dimiliki oleh sanggar ini. Integrasi dari ketiga pekerjaan ini penting agar sanggar ini dapat menyentuh seluruh elemen masyarakat baik regional maupun nasional. Peran seorang pengusaha pertanian  adalah orang yang  visioner dan berkeinginan untuk melahirkan  generasi baru petani Indonesia. Melalui aksi sosial, dia ingin meningkatkan taraf hidup dan masa depan yang cerah kepada generasi muda  sekitar mereka.  Pengajar merupakan orang mampu mengajak anak-anak untuk aktif belajar dan memberi contoh yang positif kepada anak-anak. Para pengajar ini harus memiliki jiwa sosial dan solidaritas yang tinggi dengan pengajar dan masyarakat. Mereka juga  orang yang mampu menyeimbangkan antara IQ, EQ dan SQ sehingga dapat memberi contoh kepada anak-anak ketika mengajar. Mereka juga senang beraktivitas bersama anak-anak dan bisa menanggapi segala keluh kesah mereka dengan baik dan komunikatif.  Keberadaan pemerintah diperlukan untuk pengembangan program sanggar ini ke skala nasional.  Walaupun tidak mengadopsi keseluruhan program sanggar ini, pemerintah harus menyadari pentingnya regenerasi petani berkualitas yang dimulai sejak dini. Pendidikan pertanian penting ditanamkan melalui kegiatan non-akademik atau ekstrakulikuler supaya anak-anak lebih mudah dan senang mempelajarinya .Bahkan, bisa dikolaborasikan dengan agrowisata di kebun-kebun Kementerian Pertanian Indonesia. Kesuksesan regenerasi petani ditentukan oleh kerja sama antar pihak-pihat terkait yang peduli dengan pembaharuan masa depan pertanian Indonesia.

     Regenerasi petani adalah hal yang penting dilakukan untuk menciptakan sumber daya manusia yang peduli dengan pertanian Indonesia. Peningkatan jumlah penduduk tiap tahunnya berbanding lurus dengan peningkatan kebutuhan pangan Indonesia. Kini, petani harus beralih ke golongan muda yang berkeinginan kuat untuk menyejahterakan masyarakat Indonesia. Sanggar pertanian adalah solusi alternatif untuk menciptakan generasi muda cinta pertanian dengan mengedukasi mereka sejak umur 6-12 tahun. Gerakan ini  tidak akan efektif bila tidak ada kerja sama antar berbagai pihak, seperti  pengusaha pertanian, pengajar dan pemerintah. Mereka harus sadar bahwa calon-calon petani masa depan harus dibentuk sejak dini karena mereka harus memiliki kepercayaan diri  dan kreativitas yang tinggi agar mampu bersaing di pasar global masa depan. Oleh karena itu, regenerasi petani perlu perencanaan yang matang agar efek yang dihasilkan dapat dirasakan oleh seluruh elemen masyarakat Indonesia.