Energi
mempunyai peranan penting dalam pencapaian tujuan sosial, ekonomi, dan
lingkungan untuk pembangunan berkelanjutan serta merupakan pendukung bagi
kegiatan ekonomi nasional.
Penggunaan energi di Indonesia meningkan seringi pertambahan penduduk dan ekonomi. Keterbatasan akses ke energi komersial menyebabkan pemakaian energi per kapita Indonesia masih rendah dibandingkan dengan negara lain. Dua pertiga dari total kebutuhan energi nasional berasal dari energi komersial dan sisanya berasal dari biomassa yang digunakan secara tradisional (Kemenristek RI, 2006).
Penggunaan energi di Indonesia meningkan seringi pertambahan penduduk dan ekonomi. Keterbatasan akses ke energi komersial menyebabkan pemakaian energi per kapita Indonesia masih rendah dibandingkan dengan negara lain. Dua pertiga dari total kebutuhan energi nasional berasal dari energi komersial dan sisanya berasal dari biomassa yang digunakan secara tradisional (Kemenristek RI, 2006).
Kebijakan
nasional jangka panjang di bidang energi sangat diperlukan guna menjawab
tantangan yang dihadapi masyarakat indonesia dalam mewujudkan penyediaan energi
terbarukan yang berkelanjutan. Penyediaan energi berkelanjutan meliputi
perluasan akses kepada kecukupan pasokan energi, andal dan terjangkau dengan
memperhatikan seluruh sarana atau prasarana yang diperlukan dan dampak yang
ditimbulkan.
Kebutuhan
energi di Indonesia yang tinggi memicu eksplorasi besar-besaran terhadap sumber
energi fosil seperti minyak bumi, gas dan batubara. Hal ini berakibat pada
menurunnya jumlah cadangan sumber energi di Indonesia yang berdampak pada
krisis energi dan peningkatan harga bahan bakar. Salah satu sumber energi
terbarukan yang dapat dikembangakan sebagai energi alternatif bioetanol.
Bioetanol (etil alkohol) adalah alkohol (etanol atau C2H5OH)
yang dibuat dari sumber daya alam (sumber hayati) yang dapat diperbaharui dan
atau hasil degradasi bagian dari limbah dan ditujukan untuk digunakan sebagai
biofuel (Krismatuti, 2009).
Indonesia
merupakan salah satu negara yang memiliki sumber daya alam yang melimpah
dibidang pertanian, salah satu hasil pertanian Indonesia adalah sagu. Masyarakat
di wilayah Indonesia Timur menggunakan sagu sebagai bahan makanan pokok mereka.
Industri sagu menghasilkan limbah padat dan cair. Penduduk sekitar yang minim
informasi mengalami kesulitan untuk membuang atau memanfaatkan limbah yang
dihasilkan dari pabrik sagu, sehingga limbah padat menumpuk di pinggirjalan dan baunya akan
menganggu masyarakat sekitar dan pengguna jalan. Limbah cair umumnya langsung
dibuang ke sungai sehingga menyebabkan pencemaran sungai. Limbah sagu
mengandung karbohidrat 47,84% (Fatkhu, 2012). Kandungan karbohidrat ini dapat
dimanfaatkan sebagai sumber bioetanol.
Salah
satu upaya yang dapat dikembangkan dalam penanganan limbah sagu sekaligus upaya
pemenuhan kebutuhan energi adalah dengan mengolah limbah sagu tersebut menjadi
sumber bahan baku bioetanol. Limbah sagu yang mengandung karbohidrat itu akan
di fermentasi untuk mendapatkan bioetanol dengan kadar 8-40% lalu dilakukan
destilasi akar mendapatkan bioetanol berkadar diatas 95%. Bioetanol dengan
kemurnian 95% ini dapat digunakan sebagai bahan bakar (Komarayati, 2007).
Tujuan
dari penulisan ini adalah untuk memperkenalkan pemanfaatan sagu sebagai sumber
bahan dasar untuk produksi bioetanol. Mengetahui konsep dasar pemanfaatan
limbah sagu sebagai sumber bahan dasar bioetanol, mengetahui langkah-langkah
strategis yang diperlukan untuk mendukung pemanfaatan limbah sagu sebagai
sumber bioetanol.
Bioetanol berasal dari dua kata yaitu
“bio” dan “etanol” yang berarti sejenis alkohol yang merupakan bahan kimia yang
terbuat dari bahan baku tanaman yang mengandung pati, misalnya ubi kayu, ubi
jalar, jagung dan sagu. Etanol merupakan senyawa alkohol yang mempunyai dua
atom karbon (C2H5OH).
Rumus kimia umumnya adalah CnH2n+iOH.
Karena merupakan senyawa alkohol, etanol memiliki beberapa sifat yaitu larutan
yang tidak berwarna (jernih), berfase cair pada temperatur kamar, mudah
menguap, serta mudah terbakar.
Bioetanol
adalah etanol yang berasal dari sumber hayati. Bioetanol bersumber dari gula
sederhana, pati dan selulosa. Setelah melalui proses fermentasi akan dihasilkan
etanol. Etanol dapat digunakan untuk campuran minuman dan bahan bakar (Gasohol)
(Kinver, 2006).
Sagu
memiliki kandungan pati yang termasuk poliglukosa, karena unit monomernya
glukosa. Kemurnian pati sagu sangat tinggi karena rendah kandungan lemak,
protein dan senyawa lain, sehingga cocok untuk pembuatan bahan baku turunan
seperti dekstrin, gula dan produk turunan lainnya. Pati sagu diekstrak dari
empulur batang, ekstraksi dilakukan dengan metode aliran air, sehingga air
memiliki pengaruh terhadap kualitas mutu sagu.
Bioetanol dari
sagu berasal dari dua
bagian yaitu pati sagu dan serat sagu.
Sedangkan
prosesnya berlangsung dalam empat tahapan yaitu :
- Hidrolisa bahan menjadi oligosakarida.
- Hidrolisa oligosakarida menjadi monosakarida.
- Konversi gula menjadi bioetanol.
- Pemurnian bioetanol.
Berdasarkan hasil
penelitian diperkirakan dari
6,5 kg tepung
sagu akan
dihasilkan 3,5 liter
bioetanol (Taringan, 2001). Pembuatan bioetanol dapat dilakukan secara kimia
dan biologis. Langkah-langkah pembuatan bioetanol berbahan limbah sagu) adalah
sebagai berikut
- Mengumpulkan limbah sagu
- Melakukan sakarifikasi aswal pada suhu 60-66oC selama tiga jam dengan enzim α-amilase.
- Melakukan sakarifikasi lanjut dengan enzim glukoamilase dan melakukan fermentasi dalam suhu 32oC dengan bantuan bakteri Saccharomyces cerevisiae. Proses fermentasi ini. memperlukan waktu dua sampai tiga hari, dapat ditandai bila sudah selesai adalah dengan tidak terlihatnya gelembung-gelembung udara. Dari hasil fermentasi ini didapatkan etanol dengan kadar sampai dengan 10%.
- Dilakukan pemisahan serat dan destilasi dengan cara memasukan cairan fermentasi ke dalam ecaporator atau boiler. Cairan dipanaskan dengan suhu 79-81oC (pada suhu ini bioetanol akan menguap, tetapi air tidak menguap). Uap etanol akan dialirkan ke distilator, bioetanol akan keluar dari pipa destilator (kadar kemurnian dari destilasi pertama ini biasanya dibawah 95%, destilasi akan diulangi hingga kadar bioetanolnya 95%).
- Bioetanol dengan kadar 95% akan dilakukan dehidrasi atau penghilangan air agar dapat diperoleh kadar 98-99%.
Langkah strategis
yang dapat dilakukan
dalam mendukung kebijakan
pemanfaatan
limbah sagu sebagai bahan dasar produksi bioetanol ini yaitu :
- Memberikan sosialisasi dan memberikan pandangan wawasan pengetahuan kepada masyarakat akan manfaat yang didapatkan dari pemanfaatan limbah sagu,
- Membuat regulasi yang dapat diatur dan di koordinasikan dengan kementerian terkait yakni kementrian pertanian melalui keputusuan meteri atau peraturan menteri (Permen). Adanya permen ini akan membuat instansi yang bernaung dibawah kedua kementrian tersebut akan melakukan sosialisasi ke masyarakat mengenai pemanfaatan limbah sagu.
- Ketika pemanfaatan limbah sagu ini telah berkembang ke skala yang jauh lebih besar, perlu adanya kontrol kualitas secara berkala di kelompok tani yang menerapkan pengolahan limbah sagu menjadi bioetanol dalam prakteknya. Nantinya kelompok tani tersebut akan diberikan penyuluhan dan bantuan teknologi terbaru. Penyuluhan dan teknologi tersebut akan membantu dalam menjaga kualitas bioetanol yang dihasilkan dari limbah sagu agar mampu
memenuhi
standard bahan bakar.
Diperlukan suatu manajemen dalam
pengelolahan limbah sagu menjadi bioetanol ini secara masal agar mencapai
tujuan yaitu pemanfaatan potensi lokal dari limbah sagu untuk pembangunan
pertanian yang berkelanjutan. Manajemen juga diperlukan dalam
mengimplementasikan pengolahan limbah sagu. Secara umum aplikasi ini akan
sangat tergantung oleh pemerintah melalui kementrian terkait. Namun secara
khusus, banyak pihak akan terlibat dalam penerapan pengolahan limbah sagu
tersebut. Pihak yang terlibat dalam manajemen aplikasi sistem pengolahan limbah
sagu ini terdiri dari pemerintah, swasta, masyarakat, serta lembaga swadaya
masyarakat.
Sebuah sistem sering kali gagal
terealisasi atau teraplikasi dikarenakan setiap rencana yang dibuat tidak
terlaksana dengan baik dikarenakan kurangnya manajemen yang melibatkan sejumlah
pihak yang berkepentingan dan terkait. Hal ini tentu perlu dilakukan suatu
kemitraaan antar pihak terkait agar tercipta optimalisasi sumber daya yang ada.
Kemitraaan dapat mengefisienkan sumber daya yang akan digunakan, adanya
partisipasi semua pihak dan kerjasama yang dilakukan harus saling menguntungkan
bagi semua pihak.
Semua pihak yang terlibat dalam
memanajemen pemanfaatan limbah sagu sebagai bahan dasar bioetanol ini memiliki
peranan masing-masing, yaitu :
- Pemerintah berperan sebagai pihak perancang dalam sosialisasi dan aplikasi sistem pengolahan limbah sagu dan dapat melakukan intervensi terhadap perkembangan sistem yang dilakukan serta sebagai pihak yang mengatur dan
memberikan
landasan hukum dalam perkembangan pemanfaatan limbah sagu
sebagai bahan
dasar bioetanol. Disini pemerintah juga dapat menjadi penyedia
layanan baik
berupa bantuan fisik
berupa penyediaan infastruktur
maupun
informasi kepada
masyarakat.
- Pihak swasta memiliki peran sebagai pemilik modal sehingga dapat dimanfaatkan dalam perkembangan pengolahan limbah sagu dalam skala komersil. Perannya sangat diperlukan karena pihak swasta lebih berani dalam pengambilan resiko dalam sebuah usaha yang dianggap memiliki prospek keuntungan jika dibandingkan dengan pemerintah.
- Masyarakat merupakan bagian dari manajemen aplikasi pengolalahan pemanfaatan limbah sagu yang tidak hanya dipandang sebagai objek sumber daya manusia yang dapat di eksploitasi, tetapi juga pelaku dan tokoh kunci dalam berkembang dan implementasi dari pemanfaatan limbah sagu ini. Partisipasi masyarakat dalam manajemen kota sangat diperlukan karena rencana yang dibuat juga ditujukan kepada masyarakat itu sendiri. Partisipasi masyarakat juga dapat meningkatkan efisiensi sumber daya, pemerataan, pengembangan sumber daya manusia, dan mengefektifkan biaya.
- Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) berperan sebagai lembaga non pemerintah yang membantu masyarakat dalam mendapatkan pelayanan berupa pelayanan infrastruktur, kesehatan dan kesejahteraan bagi masyarakat. Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) dapat menjadi fasilitator dalam penyediaan infrastruktur bagi masyarakat dan juga melakukan pengembangan masyarakat.
"Agen poker terbesar dan terpercaya ARENADOMINO.
ReplyDeleteminimal depo dan wd cuma 20 ribu
dengan 1 userid sudah bisa bermain 9 games
ayo mampir kemari ke Website Kami ya www.arenadomino.com
Wa :+855964967353
Line : arena_01
WeChat : arenadomino
Yahoo! : arenadomino"