Teknologi Pada Bibit dan Pupuk

Dunia semakin maju seiring dengan berjalannya waktu. Hal tersebut dapat dilihat dari perubahan yang terjadi di dalam berbagai bidang kehidupan. Bidang-bidang tersebut dapat berupa teknologi,
pertanian, kesehatan, edukasi, transportasi, dan lain-lain. Salah satu bidang yang mengalami perubahan yang signifikan yang akan dibahas adalah pada bidang pertanian. Revolusi Hijau yang dimulai pada tahun 1950 telah memberikan suatu jalan baru bagi dunia pertanian. Revolusi pertanian dimulai pertama kali di Meksiko pada tahun 1950an dimana hal tersebut memberikan suatu peluang bagi para petani-petani dengan dibukanya “suatu jalan” untuk meningkatkan produktivitas bidang pertanian. Revolusi hijau di Indonesia terjadi dengan adanya lima panca usaha tani yaitu teknik pengolahan tanah pertanian, pengaturan irigasi, pemupukan, pemberatasan hama, dan penggunaan bibit unggul. Pada zaman yang terus menerus mengalami perubahan ini, kondisi dunia pertanian untuk kontribusinya bagi perekonomian bangsa Indonesia mulai menurun. Hal tersebut terlihat pada tahun 1962 yang sebesar 56,3% menjadi 14,7% pada tahun 2011. Oleh sebab itu, diperlukan suatu terobosan-terobosan baru untuk menyelamatkan pertanian karena pertanian itu sendiri merupakan aspek yang vital di dalam kehidupan, salah satunya sebagai penyedia bahan pangan yang merupakan kebutuhan primer bagi setiap orang.

Penggunaan pupuk berteknologi nano adalah suatu terobosan yang dapat diambil oleh bangsa Indonesia demi menyelamatkan dunia pertanian yang serba berubah ini. Kondisi tanah, iklim, dan cuaca pada zaman sekarang ini menyebabkan perlunya suatu pupuk yang dapat mengatasi itu semua tanpa harus mengeluarkan biaya yang sangat besar. Maka dibentuklah pupuk nano yang diharapkan mampu untuk mengatasi itu semua. Pupuk nano yang digunakan haruslah merupakan pupuk jenis slow-released. Pupuk nano ini dapat menghemat penggunaan pupuk karena karakteristik yang dimilikinya. Dengan ukuran partikel dalam skala nano membuat luas permukaan pada pupuk ini menjadi tinggi sehingga diharapkan daya absorpsi tanaman terhadap nutrien semakin tinggi. Partikel-partikel zat yang terdapat di dalam pupuk nano yang dibuat menjadi nano yaitu zeolit. Zeolit adalah suatu zat Sedangkan zat aktif yang dapat digunakan sebagai nutrien bagi tanaman dapat berupa nitrogen atau sulfur. Selain itu, pupuk nano ini dilengkapi dengan teknologi enkapsulasi material yang terdapat didalam pupuk seperti nitrogen atau sulfur tadi yang dapat mendukung kinerja dari pupuk nano itu sendiri. Enkapsulasi itu dapat membuat material zat hara menjadi lama untuk bertahan hingga akhirnya diambil oleh tanaman untuk dimanfaatkan demi pertumbuhan dan perkembangan tanaman yang lebih baik lagi. Kinerja dari pupuk berteknologi nano ini adalah dengan melepaskan zat hara yang dimilikinya ke tanaman apabila tanaman tersebut membutuhkannya. Jadi itulah sebabnya, pupuk nano dapat mengurangi penggunaan pupuk yang terlalu boros. Dari penggunaan pupuk yang tidak boros tersebut maka hal tersebut dapat menghemat anggaran untuk proses produktivitas pada bidang pertanian. Singkat kata, pupuk nano membuat pelepasan nutrien menjadi lebih efisien saat tanaman memang membutuhkan nutrien sehingga nutrien yang dilepaskan dari pupuk tidak sia-sia terbuang ke lingkungan.

Proses pembuatan pupuk nano ini tidaklah terlalu sulit. Terdapat beberapa tahap-tahap yang harus dilakukan untuk membuat pupuk nano ini hingga dalam posisi siap untuk digunakan oleh masyarakat awam terutama petani untuk menyuburkan tanaman. Awalnya adalah membuat partikel zeolit tersebut menjadi berukuran nano dengan menggunakan ball milling. Hal tersebut berlangsung selama beberapa jam. Kemudian, partikel zeolit yang telah berukuran nano tersebut dapat diformulasikan dengan surfaktan berupa heksadekiltrimetilamonium Bromida (HDMTABr) dengan perbandingan rasio antara zeolit nano dengan HDMTABr adalah 1:100. Proses yang berikutnya adalah proses homogenisasi. Homogenisasi untuk zeolit nano dengan zat hara untuk tanaman dalam bentuk pupuk adalah dengan menggunakan teknologi ultrasonik dengan suhu 37oC dengan waktu sekitar 30 menit.
Hal lain yang dapat dijadikan pertimbangan untuk meningkatkan perekonomian melalui sektor pertanian adalah dengan membuat suatu terobosan baru melalui bibit unggul yang dapat tumbuh dengan kondisi tanah yang minimum dalam kandungan zat haranya. Bibit unggul tersebut dapat dibuat dengan menggunakan rekayasa genetika untuk menghasilkan hasil yang baik. Dengan perkembangan teknologi di tingkat molekuler, hal tersebut tidaklah menjadi hal yang sangat heboh lagi. Bibit unggul tersebut diharapkan mampu untuk beradaptasi terhadap perubahan cuaca dan iklim yang ekstrim ini.

Pemerintah Indonesia dapat meningkatkan sektor pertanian dengan membuat suatu anggaran untuk membiayai pengadaan pupuk nano dan bibit unggul tersebut. Hal
tersebut lebih baik dilakukan secepatnya mengingat perubahan zaman itu berlangsung dengan sangat cepat dan bersifat masif.

Dari penjelasan pada paragraf-paragraf sebelumnya, berbagai terobosan atau alternatif dapat dilakukan untuk menjawab panggilan zaman yang multi perubahan ini. Pupuk nano dan bibit unggul memiliki kelebihan yang dapat beradaptasi di situasi dan kondisi pada saat ini. Pemerintah Indonesia harus ikut campur dalam program penyelamatan dunia pertanian ini. Pemerintah dapat membantu dengan subsidi untuk pengadaan produk-produk di dalam program ini. Bila hal tersebut tidak segera dilakukan maka dikhawatirkan untuk ke depannya, Indonesia dapat tertinggal bila dibandingkan dengan bangsa-bangsa yang lain.