“Bukan
lautan, hanya kolam susu.” Ungkapan lirik lagu Koes Plus yang berjudul kolam
susu tersebut sangat tepat untuk menggambarkan kondisi Negara Indonesia. Sejak
dahulu Indonesia
dikenal sebagai negara dengan tanah yang sangat cocok untuk bercocok tanam. Hampir semua jenis tumbuhan dapat tumbuh dengan subur di Indonesia, mulai dari jenis tanaman bunga, tanaman sumber pangan, hingga rumput. Keadaan tersebut sangat memanjakan rakyat Indonesia untuk terus berkarya dan mengelola sumber daya alam yang melimpah tersebut.
dikenal sebagai negara dengan tanah yang sangat cocok untuk bercocok tanam. Hampir semua jenis tumbuhan dapat tumbuh dengan subur di Indonesia, mulai dari jenis tanaman bunga, tanaman sumber pangan, hingga rumput. Keadaan tersebut sangat memanjakan rakyat Indonesia untuk terus berkarya dan mengelola sumber daya alam yang melimpah tersebut.
Seiring dengan perkembangan zaman,
sedikit demi sedikit lahan untuk bercocok tanam mulai digunakan untuk
pembangunan dan pengembangan kawasan industri. Pembangunan tersebut membawa
dampak yang positif terhadap sektor industri di Indonesia, diantaranya adalah :
1. Terbukanya lapangan kerja
Dalam
hal ini sudah pasti pembangunan kawasan industri akan membuka ribuan kesempatan
kerja bagi masyarakat sekitar. Karena berbagai jenis industri akan memerlukan
tenaga kerja untuk menjalankan produksi barang-barang yang dibuat pabrik.
2. Tumbuhnya berbagai peluang usaha baru
Seiring
tumbuhnya industri di kawasan industri tersebut maka akan terbuka beberapa
peluang usaha lainnya baik yang terkait langsung maupun yang tidak terkait
langsung dengan industri. Beberapa peluang usaha yang akan tumbuh diantaranya,
yaitu jasa perbankan, jasa perdagangan, perumahan, makanan, dan lain-lain.
Selain itu juga semakin dibutuhkannya penyedia peredam panas dan suara untuk
pabrik yang ada di kawasan industri tersebut.
3.
Peningkatan ekspor
Berbagai hasil produksi
dari pabrik-pabrik yang ada di kawasan industri ada
yang berorientasi
ekspor dan ada yang khusus memenuhi kebutuhan di dalam negeri. Adanya
barang-barang hasil produksi berorientasi ekspor dapat meningkatkan ekspor di
daerah tersebut khususnya dan negara pada umumnya. Peningkatan ekspor berarti
juga peningkatan pemasukan negara.
4.
Meningkatkan pendapatan daerah
Pendapatan asli
daerah akan meningkat
seiring semakin tumbuhnya
industri
yang
berada di kawasan industri tersebut. Pendapatan dapat berasal dari pajak
industri
dan berbagai usaha yang
tumbuh seiring berkembangnya kawasan industri tersebut. Selain itu juga dengan
adanya penambahan penduduk maka ada penambahan penerimaan pajak yaitu pajak
penghasilan dari para pekerja.
5. Meningkatkan pertumbuhan ekonomi
Pembangunan
kawasan industri yang memberikan dampak positif diantaranya, yaitu terbukanya
lapangan kerja dan peluang usaha baru, peningkatan pendapatan daerah, dan
peningkatan konsumsi karena banyaknya pekerja yang datang dari sekitar wilayah
dekat daerah yang ada kawasan industri. Hal tersebut berakibat positif terhadap
peningkatan pertumbuhan ekonomi di daerah tersebut.
Selain memberikan dampak positif,
pengembangan kawasan industri juga memilki dampak negatif. Dampak negatif ini
kebanyakan berkaitan dengan aspek lingkungan, misalnya saja terjadinya
pencemaran dan kerusakan lingkungan akibat polusi dan limbah yang dihasilkan
dari pabrik-pabrik di kawasan industri. Polusi dari pabrik-pabrik di kawasan
industri ini berdampak pada udara, air, maupun tanah.
Dari
berbagai dampak negatif tersebut, pencemaran tanah merupakan masalah yang
sangat serius menurut penulis, karena dengan adanya pembangunan dan
pengembangan kawasan industri jumlah tanah ataupun lahan untuk penghijauan
menjadi berkurang. Selain itu dengan adanya pencemaran limbah ke dalam tanah,
secara otomatis kandungan unsur hara yang ada dalam tanah semakin berkurang dan
bahkan hilang. Keadaan tersebut memang tidak memberi dampak secara langsung
terhadap masalah pemenuhan sumber nutrisi untuk tanaman yang akan berimbas pada
pemenuhan sumber bahan pangan yang ada di Indonesia. Akan tetapi, secara tidak
disadari kebutuhan akan pangan di Indonesia terus bertambah dan pasokan sumber
pangan terus berkurang karena lahan untuk bercocok tanam sudah berganti menjadi
bangunan-bangunan.
Dampak
kurangnya bahan pangan di Indonesia saat ini sudah dapat dirasakan. Menurut
BPS, pada tahun 2011, volume impor beras, jagung, gandum, kedelai, gula, susu,
dan daging di Indonesia mencapai 17,6 juta ton, senilai dengan US$ 9,4 miliar.
Sedangkan pada Februari tahun 2015 nilai impor Indonesia mencapai US$ 11,55
miliar. Data tersebut menunjukan bahwa dari tahun ke tahun nilai impor
Indonesia semakin meningkat, terutama di sektor pangan. Jika berbicara tentang
bahan pangan, palawija merupakan bagian yang paling berpengaruh. Palawija
merupakan sektor yang paling
banyak dibutuhkan oleh
masyarakat Indonesia. Hal itu terjadi karena sektor palawija menjadi sektor
penghasil karbohidrat yang paling banyak, dimana karbohidrat merupakan
penghasil energi paling banyak bagi tubuh manusia. Karena kurangnya lahan
bercocok tanam, dapat dipastikan akan sulit untuk dapat memenuhi kekurangan
bahan pangan yang sangat banyak tersebut.
Saat
ini pemerintah sudah berupaya menangani permasalahan kurangnya bahan pangan
dengan cara impor pasokan pangan. Cara tersebut memang bisa mengurangi masalah
kurangnya bahan pangan, akan tetapi negara Indonesia tidak bisa terus menerus
bergantung dengan negara lain jika ingin menjadi negara maju. Berdasarkan
permasalahan yang ada maka penulis memberikan solusi lain untuk mengatasi
masalah sempitnya lahan untuk bercocok tanam dan pemenuhan kebutuhan bahan
pangan, yaitu berupa penerapan teknik hidroponik pada penanaman tanaman
palawija yang didukung dengan sonic bloom.
Teknik hidroponik merupakan
teknik yang memanfaatkan media apapun yang ada untuk digunakan sebagai media
bercocok tanam. Selama ini teknik hidroponik yang sering digunakan yaitu
dengan menggunakan media air sebagai pengganti media tanah. Dalam hal ini air
tidak sepenuhnya digunakan sebagai media tanam. Akan tetapi dalam praktiknya
tetap menggunakan tanah, tanah tersebut diletakan kedalam wadah semacam
polibag. Jika dikaji ulang, teknik hidroponik masih memiliki kekurangan,
yaitu penanaman tanaman palawija tidak bisa dilakukan secara besar-besaran. Hal
ini terjadi karena teknik hidroponik tidak dilakukan di lahan yang luas.
Sehingga hasil produksi yang didapat tidak sebanyak seperti penanaman pada
lahan yang luas. Untuk mengatasi hal tersebut, penulis memadukan prinsip sonic
bloom yang dinilai bisa mempercepat dan mengoptimalkan produksi dari setiap
tanaman palawija.
Sonic
bloom merupakan suatu sistem yang merangsang
pertumbuhan tanaman secara alami dengan suatu kombinasi antara suara dan
zat nutrisi (Goenardi dan Mashuri, 2002). Konsep teknologi sonic bloom
adalah perpaduan antara pemasangan unit suara penghasil suara frekuensi antara
3500 – 5000 Hz dan penyemprotan nutrisi melalui daun (Hantoro Tapari, 2009).
Teknologi sonic bloom, juga dapat digunakan sebagai terobosan untuk
membuat tanaman tumbuh lebih baik (E. Iriani dkk, 2005). Penggunaan gelombang
suara alam dengan frekuensi tinggi disebutkan mampu merangsang mulut daun
(stomata) tetap terbuka sehingga meningkatkan laju dan
efisiensi penyerapan
pupuk yang bermanfaat bagi tanaman (Esty Setyaningrum, 2011). Jika pemakaiannya
tepat, maka rangsangan suara ini mampu menstimulus metabolisme sel-sel tanaman,
sehingga terjadi peningkatan penyerapan nutrisi dan uap air lewat daun. Secara
tidak langsung pertumbuhan serta produksi tanaman dapat berkembang dengan
pesat.
Berdasarkan jurnal yang berjudul
“Canadian Journal of Botany” disebutkan bahwa gelombang suara menghasilkan efek
resonansi pada sel-sel tanaman yang memungkinkan untuk pengumpulan energi pada
metabolisme tanaman. Hal tersebut semakin memperkuat fakta bahwa dengan
memanfaatkan gelombang suara dapat merangsang pertumbuhan dan produktifitas
tanaman. Pada tahun 2001 BPTP Jawa Tengah bersama Dinas Pertanian dan
Perkebunan, serta beberapa Perguruan tinggi juga melakukan uji coba pada beberapa
tanaman pangan dan perkebunan, hasilnya penerapan sonic bloom pada
tanaman jagung mampu meningkatkan hasil 37,5%, tanaman padi 29%, dan
bawang merah 19% (Yulianto, et al.2001).
Sonic
bloom menggunakan rekaman suara yang berasal
dari alam. Suara itu bisa berasal dari suara belalang, garengpun, maupun
jenis suara alam lainnya. Dari hasil rekaman tersebut dilakukan pengolahan
frekuensi menggunakan equalizer hingga didapat frekuensi antara 3500 Hz – 5000
Hz. Hal itu dilakukan karena pada frekuensi itulah stomata pada daun melakukan
pembukaan secara optimal. Setelah didapat frekuensi yang sesuai, selanjutnya
suara tersebut dikeluarkan menggunakan speaker. Output suara dari sonic
bloom disalurkan menggunakan speaker yang dipasang di dekat tanaman pada
polibag. Untuk menjaga frekuensi suara supaya tetap konstan dan relatif sama,
pemasangan speaker sebagai output sonic bloom diletakan dengan jarak satu
meter. Pemberian suara terhadap tanaman palawija tidak diakukan secara terus
menerus, akan tetapi cukup dilakukan selama 2 jam setiap harinya, sebab jika
dilakukan secara berlebihan tidak akan menghasilkan hasil yang optimal.
Dengan
adanya teknologi sonic bloom yang mampu menstimulasi pertumbuhan dan produktifitas
tanaman palawija, diharapkan produksi bahan pangan di Indonesia dapat
ditingkatkan meskipun kondisi lahan untuk bercocok tanam sangat kurang.
Sehingga ketahanan pangan di Indonesia akan terwujud. Sebab menurut Peraturan
Pemerintah No. 68 Tahun 2002 konsep ketahanan pangan didefinisikan sebagai
kondisi
terpenuhinya pangan bagi rumah tangga
yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah ataupun mutunya,
aman, merata, dan terjangkau (Haryono. T, 2015).
0 komentar:
Post a Comment