Info seputar pangan nasional dan dunia

Pengembangan Pertanian Dengan Metode Penanaman Mina Padi Berbasis Jajar Lurus




Indonesia merupakan negara agraris yang terletak di wilayah tropis. Letak astronomis Indonesia pada kedudukan 6oLU-11oLS dan 95oBT-141oBT. Kedudukan tersebut membuat
Indonesia menjadi negara dwimusim, kemarau dan penghujan. Hal tersebut mengakibatkan tanah Indonesia akan produktif sepanjang tahun, terlepas dari problem eksternal yang ada. Kenyataan tersebut telah berhasil dibuktikan Indonesia, dimana pada tahun -80 hingga -90an Indonesia berhasil untuk mengantarkan kepada suatu prestasi swasembada pangan. Prestasi tersebut didasarkan pada kelebihan produksi padi di seluruh daerah Indonesia sehingga memungkinkan negara untuk mengekspor komoditas pangan ke luar negeri. Salah satu komoditas andalan bangsa Indonesia adalah beras.

Swasembada pangan yang pernah diraih kini dicoba untuk diulang kembali. Keinginan tersebut didasarkan atas tingginya permintaan kebutuhan pangan nasional, peningkatan devisa, dan meminimalisir kemungkinan hutang negara akibat impor berkepanjangan. Poin terakhir mutlak diinginkan oleh pemerintah mengingat kerugian yang ditimbulkan akibat kemampuan produksi beras nasional yang semakin menurun, beruntungnya hal tersebut dapat ditutupi oleh cadangan beras nasional. Terlepas dari masalah eksternal seperti bencana alam, pengalihan lahan dan terbatasnya modal, terdapat masalah lain yang menyebabkan kemunduran Indonesia dari hal pertanian, yaitu sistem tanam petani Indonesia.

Sistem tanam saat ini cenderung menekankan pada pemanfaatan lahan secara maksimal dan efisien. Sistem terpadu seperti panca usaha tani dan sapta usaha tani telah berhasil mengantarkan negara Indonesia untuk berjaya pada swasembada di masa lampau. Berkembangnya teknologi menyebabkan sistem terpadu tersebut tertinggal dari sistem lain yang berbasis riset dan pengembangan. Sistem panca usaha tani tidak salah melainkan hanyalah tata cara dasar yang patut untuk dikembangkan. Salah satu pengembangan yang dapat dilakukan adalah pengembangan metode tanam terpadu berupa metode tanam jajar lurus terintegrasi mina padi berbasis bioflo
Metode tanam di Indonesia cukup bervariasi tergantung kontur wilayah dan keadaan geografis. Metode tanam yang terkenal diantara lain adalah metode tanam jajar legowo, SRI dan tumpangsari. Masing-masing metode tanam memiliki spesifikasi masing-masing sehingga perlu terus dilakukan penyegaran agar kekuangan dapat diminimalisir sekecil mungkin. Metode tumpangsari misalnya, metode tumpangsari sangat diminati pada tahun 90-an hingga awal 2000 karena produktifitas lahan dapat dimaksimalkan. Kerugiannya adalah bahwa penularan penyakit seperti virus dapat terjadi dengan cepat dan berdampak kerugian berganda akibat sistem tanam multispesies. Penggubahan baru pun muncul, khususnya pada padi yaitu metode SRI dan jajar legowo. Sama seperti sebelumnya sistem ini memiliki kekurangan dari perbedaan hasil dan model penerapan di daerah dengan karakteristik yang berbeda. Pengembangan pun dilakukan demi meningkatnya kemampuan produksi dengan menimbang sistem dan metode tanam. Metode tanam tersebut adalah jajar lurus berbasis mina padi dan bioflokulasi. Metode ini merupakan metode tanam yang berbasis tanaman tepi pada masing-masing sisi lahan. Dampak metode tanam ini adalah akan dimunculkannya tanaman yang kuat secara fisik dan mempunyai pertumbuhan yang baik dari segi penyerapan unsur hara. Mina padi sendiri merupakan sistem penanaman padi bersamaan dengan pertambakan ikan, harapannya senyawa toksik padi dapat dimanfaatkan oleh ikan sehingga produktifitas lahan dapat lebih ditingkatkan dan menguntungkan. Sistem lain yang dapat dintergrasikan adalah bioremediasi berbasis pakan ikan berupa bioflokulasi alami sehingga ikan atau komoditas lain, tidak akan terganggu oleh kualitas air dan kebutuhan pakan akan tereduksi.

Penanaman padi dengan model jajar lurus berbasis mina padi dan bioflokulasi alami adalah penanaman dengan model tanam yang berbasis lingkungan tumbuh yang optimal berkelanjutan dengan menggunakan air, pupuk dan bibit yang efisien. Sistem tanam jajar lurus diterapkan dengan menggunakan sedikit bibit, sedikit pupuk dan aliran air yang baik dengan metode penjarangan. Bibit yang dibutuhkan tidak lebih dari 10 kg per hektar sawah. Sekat penjarangan padi akan diisi oleh bibit ikan tertentu, dengan syarat dan ketentuan penebaran, Ikan yang dapat ditebar adalah ikan pada fase pendederan dan pendewasaan sehingga ukuran ikan seragam, contohnya pada ikan nila ditebar bibit pada usia 2-3 bulan. Sawah dengan integrasi mina padi selanjutnya diberi pengairan dan substrat dasar seperti glukosa, tetes tebu dosis rendah dan pupuk kandang untuk memacu

 timbulnya agregat flok sebagai agen remediasi dan pakan. Sistem bioflokulasi yang berjalan dengan baik dicirikan dengan warna perairan berupa keemasan agak kehijauan, dengan agregat yang terbentuk berada pada daerah permukaan perairan. Agregat tersebut tersusun oleh kumpulan bakteri denitirifikasi, toxic absorbent dan extrapolimeric saccharids polimers producting dan sumber asam amino. Berikut merupakan gambaran ilustrasi sistem tanam jajar lurus berbasis mina padi dan bioflokulasi :
Model tanam jajar lurus membedakan jarak antara banjar dan sap lajur penanaman. Lajur ini didasarkan pada keadaan tanah indonesia yang cenderung rusak karena pemupukan kimia yang banyak mengandung unsur hara anorganik. Mindset tanam petani Indonesia yang berfikir bahwa banyak pupuk banyak hasil, benar adanya namun, keberhasilan metode tersebut akan menyebabkan pencucian unsur hara asli tanah sehingga unsur hara anorganik tanah semakin mengecil karena proses leaching. Penanaman merupakan proses penyerapan unsur hara untuk didapatkan hasil berupa bulir padi sehingga apabila unsur hara tanah jumlahnya mengecil maka bulir yang dihasilkan akan semakin kecil. Dasar inilah yang menyebabkan hasil panen petani Indonesia cenderung menurun karena cenderung menggunakan pupuk berlebih yang berdampak negatif bagi tanah. Jarak tanam yang diberikan pada masing-masing banjar melihat jumlah hara anorganik yang berada

dalam tanah. Contoh hara anorganik yang dibutuhkan adalah karbon, C organik yang dimiliki tanah Indonesia tinggi berkisar 7-9 %. Akibat pemupukan dengan pupuk kimia berlebih meyebabkan hara anorganik seperti C menurun dalam kisaran 4-5 %. Hal ini sangat berkebalikan dengan kebutuhan padi akan C yang sangat tinggi. Jarak masing-masing banjar atau sap tergantung keadaan tanah masig-masing daerah, untuk jarak tersebut telah berhasil diuji coba saat Kuliah Kerja Nyata Posdaya Desa Negarayu Kabupaten Brebes oleh kelompok tani binaan kelompok kkn UNSOED, dimana saya merupakan anggota divisi lingkungan pertanian.

Metode tanam jajar lurus dapat diintergrasikan dengan sistem lain seperti mina padi dan bioflokulasi. Sistem mina padi bukannlah sistem integrasi baru di Indonesia namun, merupakan sistem lama yang diminati kembali karena meningkatnya trend intesifikasi pekarangan dan lahan sawah. Mina padi dilakukan pada daerah dengan kontinuitas air yang baik demi menjaga kelangsungan hidup ikan. Ikan yang dibudidayakan dengan sistem mina padi dapat diberikan pakan secara alami dan secara buatan. Pakan secara alami dapat dilakukan dengan menggunakan plankton dan mikroalga, jika secara buatan menggunakan pelet dan mikroalga introduksi. Budidaya yang ditujukan untuk mencari profit, lebih baik menggunakan pakan alami. Cara yang dapat dilakukan adalah dengan pengembangan sistem bioflokulasi. Bioflokulasi adalah suatu upaya guna mendapatkan agregat bakteri dan mikroalga yang berfungsi untuk agen remediasi dan agen pakan. Secara alami, bioflokulasi dapat dibentuk dengan memanfaatkan bakteri indigenus dengan menambahkan substrat tertentu, berupa glukosa, molases ataupun sari pati. Sistem integrasi membutuhkan syarat dan ketentuan tertentu seperti, aliran air yang selalu kontinyu, ikan yang digunakan berwarna tidak mencolok, penggunaan pupuk kimia kecil, penggunaan pakan sesuai per prosentase bobot ikan.

Hasil panen yang didapatkan untuk metode tanam lain di daerah serupa berbeda-beda. Hasil panen dengan metode tanam konvensional didapatkan hasil 2,5 ton per hektare, metode tanam jajar legowo 2,7 ton per hektare, metode tanam SRI belum diuji coba kan karena ketidaksesuaian kontur topografi, metode tanam jajar lurus menghasilkan 3 ton per hektare ditambah dengan hasil berupa ikan dan minimnya penggunaan pupuk karena pengalihan energi buangan ikan menjadi sebagian pupuk tanaman. Hasil ini diketahui dapat semakin besar mengingat terdapat kelebihan yang ditemukan dalam metode ini. Metode ini diketahui mampu menyatukan 2 tanaman


berjajar dalam lajur yang sama, sehingga memiliki fisik tanaman yang kuat karena penyatuan rumpun padi sehingga daya saing penyerapan unsur hara semakin baik, mengingat semua tanaman merupakan tanaman tepi sehingga jangkauan peneyrapan unsur hara semakin besar. Keuntungan lain yang didapatkan adalah produksi ikan yang dapat menambah pemasukan bagi para petani sehingga selebihnya keuntungan yang didapatkan petani akan lebih banyak. Dampak minimal yang akan terjadi adalah pemenuhan gizi bangsa akan lebih mudah tercapai, karena kebutuhan protein hewani sudah tersedia di sawah petani.

Pengembangan kearifan lokal berbasis pengetahun sangat perlu untuk dilakukan. Sehingga hasil yang didaptkan bukan hanya karena turunn-temurun budaya saja, namun berkembang seiring berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi. Masalah metode penanaman merupakan sesuatu yang sederhana namun memiliki arti ang besar jika ditelaah secara mendalam. Gubahan baru sangat diperlukan bagi majunya bangsa dan meningkatkan taraf hidup bangsa. Majulah Indonesiaku !
Share:

0 komentar:

Post a Comment

Kabar Pangan. Powered by Blogger.

Blog Archive