Indonesia dikenal sebagai negara agraris
karena sebagian besar penduduk Indonesia mempunyai pencaharian di bidang
pertanian atau bercocok tanam. Data statistik pada tahun 2013
menunjukkan jumlah petani di Indonesia mencapai 31,7 juta orang. Meskipun ada kecenderungan terus berkurang namun jumlah ini menempati urutan pertama profesi di negeri ini. Selain itu, negara ini juga memiliki lahan seluas lebih dari 31 juta hektar yang telah siap tanam, Sebagai negara yang sangat potensial di sektor pertanian, sudah selayaknya Indonesia menjadi salah satu negara makmur di dunia. Bagaimana tidak, kekayaan negeri ini sangat melimpah ruah. Di segala sektor kehidupan menjamin secara pasti kesejahteraan manusia. Namun sayangnya, kualitas sumber daya manusia yang ada di Indonesia belum sebanding dengan ketersediaan sumber daya alam yang ada. Menjadi kajian yang sangat menarik ketika kita berbicara tentang minat generasi muda yang semakin berkurang pada sektor pertanian. Pertama, adanya kecenderungan para pemuda terutama yang tinggal di kawasan pedesaan kurang tertarik pada dunia pertanian. Hal ini tentunya berakibat nyata bahwa dalam sektor pertanian banyak didominasi oleh generasi tua yang umumnya kurang responsif terhadap perubahan.
menunjukkan jumlah petani di Indonesia mencapai 31,7 juta orang. Meskipun ada kecenderungan terus berkurang namun jumlah ini menempati urutan pertama profesi di negeri ini. Selain itu, negara ini juga memiliki lahan seluas lebih dari 31 juta hektar yang telah siap tanam, Sebagai negara yang sangat potensial di sektor pertanian, sudah selayaknya Indonesia menjadi salah satu negara makmur di dunia. Bagaimana tidak, kekayaan negeri ini sangat melimpah ruah. Di segala sektor kehidupan menjamin secara pasti kesejahteraan manusia. Namun sayangnya, kualitas sumber daya manusia yang ada di Indonesia belum sebanding dengan ketersediaan sumber daya alam yang ada. Menjadi kajian yang sangat menarik ketika kita berbicara tentang minat generasi muda yang semakin berkurang pada sektor pertanian. Pertama, adanya kecenderungan para pemuda terutama yang tinggal di kawasan pedesaan kurang tertarik pada dunia pertanian. Hal ini tentunya berakibat nyata bahwa dalam sektor pertanian banyak didominasi oleh generasi tua yang umumnya kurang responsif terhadap perubahan.
Di era sekarang sudah jarang kita temui
anak-anak yang membantu orang tuanya disawah, kita lebih sering melihat
anak-anak yang asik bermain game online di warnet, sedangkan para orang tua
mereka sedang bekerja disawah, ini dikarenakan dalam pandangan pemuda, bertani
hanya untuk mereka yang tidak bersekolah ataupun mereka yang tidak
berpendidikan. Mereka berpendapat bertani merupakan pekerjaan tradisional yang
kurang bergengsi dan hasilnya di samping tidak segera dapat dinikmati juga
jumlahnya relatif tak memadai. Inilah yang seringkali membuat pertanian
dipandang sebelah mata dan dijadikan komoditas politik tanpa mempedulikan nasib
dan masa depan pertanian. Pandangan inilah yang harus kita rubah dan perbaiki,
jika kita membiarkan hal ini terus-menerus terjadi tanpa ada sebuah tindakan,
maka regenerasi petani akan hilang dan pertanian Indonesia pun akan melemah
sehingga kita harus mengimpor baras dan bahan pokok lainnya dari luar negeri,
inilah yang menjadi sebuah permasalahan yang harus selesaikan dan mencari
solusi yang tepat bagaimana kita bisa menyadarkan para generasi muda tentang
pentingnya pertanian dalam kehidupan.
Salah satu langkah yang harus kita
lakukan adalah dengan mendirikan sebuah taman pendidikan yang berbasis pertanian
disetiap desa-desa yang mempunyai lahan yang luas namun tidak diimbangi dengan
petaninya, Yang menjadi permasahan sekarang adalah siapa yang akan menjadi
tenaga pengajar. Nah, disinilah peran para sarjana-sarjana pertanian yang
berasal dari desa yang sudah menyelesaikan kuliahnya diluar kota agar mereka
bisa kembali dan mengabdi didaerah asalnya untuk menjadi tenaga pengajar
sekaligus memberikan motivasi kepada anak-anak didesa mereka tentang pentingnya
regenerasi petani. Disini para sarjana pertanian memberikan materi didalam
sebuah pondok kecil yang bernama RUTAN (Rumah Tani), Sasaran dari program ini
adalah para anak-anak petani maupun yang bukan berasal dari keluarga petani
dari jenjang SD sampai dengan SMP. Kenapa dipilih SD, karena usia 6-12 tahun
adalah usia yang paling tepat untuk mengenalkan dunia pertanian, kemudian untuk
SMP yang berumur kisaran 13-16 tahun adalah usia yang paling tepat untuk lebih
mendalami lingkungan pertanian karena pada dasarnya anak usia SMP merupakan
masa yang paling banyak dipengaruhi oleh lingkungannya dan teman sebayanya.
Waktu pemberian materinya selama dua jam
dari jam 2 sampai jam 4 sore, alasan kenapa dipilih jam 2 sampai dengan jam 4
sore karena diwaktu inilah anak SD dan SMP pulang dari sekolah mereka dan setelah
mereka sampai dirumah, mereka biasanya bosan untuk tinggal dirumah sehinnga
mereka mencari tempat untuk bisa berkumpul bersama teman-temannya. Program Ini
bertujuan untuk menghindarkan anak-anak dari pergaulan yang salah. Didalam
rumah tani mereka akan diajari semua ilmu tentang dunia pertanian, selain
pemberian materi dalam ruangan, juga ada kegiatan diluar ruangan seperti
memperkenalkan lingkungan pertanian, memperkenalkan berbagai tanaman budidaya,
juga dibarengi dengan berbagai permainan agar anak-anak tidak terlalu bosan.
Meskipun proses belajar mengejar cuma berlangsung selama dua jam diharapkan
anak-anak dapat memahami pentingnya pertanian dalam kehidupan.
Akan tetapi akan sedikit minat orangtua
untuk mengikut sertakan anaknya dalam program ini, karena setiap orangtua
apalagi yang berprofesi sebagai petani tentu tidak ingin anak mereka menjadi
sama seperti yang mereka jalani. Permasalahan tersebut dapat diatasi dengan
pendekatan-pendekatan kepada masyarakat khususnya para petani dengan memberikan
masukan-masukan terhadap mereka dan memberikan pengertian bahwa pentingnya dan
sangat berharganya seorang petani di Negara Indonesia ini.
Tidak
akan mudah untuk membuat para petani kemudian langsung mengerti dengan apa yang
dijelaskan, akan tetapi di dalam proses pendekatan kepada para petani, pasti
mereka juga akan memikirkan nasib negara ini bahwa jika bukan generasi muda
yang melanjutkan apa yang sudah mereka lakukan siapa lagi. Program ini juga
perlu pendapat perhatian dari berbagai pihak, seperti dinas pertanian setempat,
para pengurus desa, dan tentunya para masyarakat.
Dengan terbentuknya taman pendidikan
berbasis pertanian yang bernama RUTAN (Rumah Tani) diharapkan akan dapat
menjadi solusi dari permasalahan minat generasi muda yang kurang peduli
terhadap dunia pertanian sehingga regenerasi pertanian tidak akan teputus dan
nantinya akan membuat mereka lebih fokus untuk memilih ilmu pertanian ketika
mereka melanjutkan ke pendidikan sekolah yang lebih tinggi dan mendalami dengan
betul dunia pertanian sehinnga setelah mereka menyelesaikan pendidikanya mereka
bisa memberikan kontribusi nyata untuk pertanian Indonesia, dan bisa membawa
Indonesia menjadi sebuah negara maju yang terkenal dengan produksi pangannya.
0 komentar:
Post a Comment