Sampai saat ini Indonesia dengan wilayah lahan pertanian padi
hampir lebih dari 14.000.000 ha, belum bisa mencukupi kebutuhan beras nasional,
bahkan di akhir tahun 2014 import beras
Indonesia meningkat 176.227 ton dibanding tahun sebelumnya, hal tersebut dikarenakan masih minimnya produktivitas hasil panen padi dari para petani yang menurun 0,33% di tahun 2014. Solusi untuk meningkatkan produktivitas hasil panen padi, bisa di tempuh dengan cara melakukan revitalisasi sitem pertanian padi seperti yang sudah dilakukan oleh Pemerintah Kota Banyuwangi, dengan cara mengubah metode tanam padi konvensional dengan metode SRI (System of Rice Intensification) serta adanya pemberdayaan petani melalui program CSR (Corporate Social Responsibility) dan bantuan dana dari Pemkab Banyuwangi sebesar 8,63 Miliar, dalam bentuk program sosialisasi pertanian modern dan juga pemberian bantuan alat pertanian modern, dari program revitalisasi tersebut tingkat produktivitas hasil panen padi di Kota Banyuwangi meningkat 37% dari rata-rata 6,1 ton/ha menjadi 8,3 ton/ha, yang membuat produktivitas hasil panen padi kota banyuwangi (6,5 ton/ha) lebih besar dari produktivitas panen padi jawa timur (5,89 ton/ha) bahkan melebihi produktivitas hasil panen padi nasional (5,13 ton/ha), berbagai hasil penelitian dan uji coba lapangan juga menyimpulkan bahwa sistem tanam padi dengan menggunakan SRI bisa meningkatkan produktivitas hasil panen dari pada sistem tanam konvensional. Kesuksesan peningkatan produktivitas hasil panen padi ini bisa dijadikan sebagai percontohan bagi pemerintah kota lainya untuk ikut serta dalam melakukan revitalisasi sistem pertanian melalui metode SRI dan pemberdayaan petani, agar nantinya swasembada beras nasional bisa terpenuhi, dan menjadikan beras sebagai komoditi ekspor untuk meningkatkan kesejahteraan petani Indonesia.
Indonesia meningkat 176.227 ton dibanding tahun sebelumnya, hal tersebut dikarenakan masih minimnya produktivitas hasil panen padi dari para petani yang menurun 0,33% di tahun 2014. Solusi untuk meningkatkan produktivitas hasil panen padi, bisa di tempuh dengan cara melakukan revitalisasi sitem pertanian padi seperti yang sudah dilakukan oleh Pemerintah Kota Banyuwangi, dengan cara mengubah metode tanam padi konvensional dengan metode SRI (System of Rice Intensification) serta adanya pemberdayaan petani melalui program CSR (Corporate Social Responsibility) dan bantuan dana dari Pemkab Banyuwangi sebesar 8,63 Miliar, dalam bentuk program sosialisasi pertanian modern dan juga pemberian bantuan alat pertanian modern, dari program revitalisasi tersebut tingkat produktivitas hasil panen padi di Kota Banyuwangi meningkat 37% dari rata-rata 6,1 ton/ha menjadi 8,3 ton/ha, yang membuat produktivitas hasil panen padi kota banyuwangi (6,5 ton/ha) lebih besar dari produktivitas panen padi jawa timur (5,89 ton/ha) bahkan melebihi produktivitas hasil panen padi nasional (5,13 ton/ha), berbagai hasil penelitian dan uji coba lapangan juga menyimpulkan bahwa sistem tanam padi dengan menggunakan SRI bisa meningkatkan produktivitas hasil panen dari pada sistem tanam konvensional. Kesuksesan peningkatan produktivitas hasil panen padi ini bisa dijadikan sebagai percontohan bagi pemerintah kota lainya untuk ikut serta dalam melakukan revitalisasi sistem pertanian melalui metode SRI dan pemberdayaan petani, agar nantinya swasembada beras nasional bisa terpenuhi, dan menjadikan beras sebagai komoditi ekspor untuk meningkatkan kesejahteraan petani Indonesia.
Dari permasalahan di atas solusi yang bisa di tempuh untuk
meningkatkan komoditas hasil panen padi yaitu dengan mengubah model penanaman
padi dan juga pengembangan pemberdayaan petani, dalam hal ini penulis mengambil
studi kasus di Banyuwangi, alasan penulis mengambil percontohan pertanian padi
di Banyuwangi karena luas lahan sawah terbesar di Indonesia adalah di Jawa
Timur dengan luas 1.102.863 hektar, dan pada tahun 2014 kota banyuwangi termasuk
dalam peringkat 4 kota dengan luas lahan terbesar di Jawa Timur, yaitu kota
Lamongan dengan luas lahan sawah sebesar 84,237 hektar, kota Bojonegoro dengan
luas lahan sawah 78,683, kota Jember dengan luas lahan sawah 74,592 hektar, dan
Kota Banyuwangi dengan luas lahan sawah 59,819
hektar ,
selain itu pemerintah Banyuwangi saat ini sedang gencarnya melakukan “Revitalisasi
Sistem Pertanian Padi” untuk mewujudkan “Banyuwangi Mandiri Pangan”, upaya
yang dilakukan untuk mencapai visi tersebut yaitu dengan memberikan sosialisasi
tentang pengembangan model penanaman padi SRI “System of Rice
Intensification” dan pemberian dana APBD dan CSR untuk pemberdayaan
petani.
Pemberdayaan
petani di kota Banyuwangi di wujudkan melalui program pembentukan tim
sosialisasi pengembangan metode SRI kepada kelompok tani dan pemberian bantuan
alat pertanian modern, sampai saat ini sudah hampir 59 kelompok tani dari 18
kecamatan yang masuk dalam pengembangan program SRI, selain memberikan
sosialisasi dan pengembangan metode tanam SRI, pemerintah banyuwangi juga
memberikan bantuan alat pertanian kepada masyarakat dengan dana 8,63 Miliar,
dana ini di peroleh dari anggaran APBD dan juga dari bantuan CSR (Corporate
Social Responsibility) dari pihak swasta untuk ikut serta dalam
revitalisasi pertanian padi, alat-aat
itu berupa 2 unit rice transplanter (mesin penanaman padi), 28 combine
harvester (pemanen kombinasi), 32 power tresher multiguna (perontok
padi), 57 pompa air dan 143 traktor roda dua, serta dalam empat tahun terkahir
ini Pemkab Banyuwangi telah membangun dan merehabilitasi total 1.087 titik
irigasi dan telah merekrut 29 tenaga penyuluh pengembangan SRI.
Nantinya pengadaan bantuan tersebut diberikan setiap tahunya dengan sasaran
keompok tani yang berbeda di masing-masing kecamatan. Adanya bentuk kepedulian
terhadap revitalisasi pertanian oleh pemerintah Banyuwangi melalui pengembangan
model SRI dan pemberian bantuan alat pertanian modern, membuat produktivitas
padi di banyuwangi melebihi produktivitas padi Jawa Timur, bahkan nasional, data menunjukan bahwa
produksi padi di Banyuwangi rata-rata 6,5 ton/ha, melebihi produktivitas padi
Jawa timur sekitar 5,98 ton/ha, dan ptoduktivitas nasional yang hanya 5,13
ton/ha.
Dengan adanya revitalisasi pertanian padi melalui program
pengembangan dan penerapan penanaman padi dengan metode SRI (Sistem of Rice Intensification) serta adanya pemberdayaan petani, melalui pemberian bantuan
alat pertanian modern dari integrasi anggaran dana pemerintah Banyuwangi dan
juga dana dari pihak swasta melalui CSR (Corporate
Social Responsibility) yang disalurkan di bidang pertanian, secara
signifkan memberikan dampak terhadap peningkatkan produktivitas hasil panen
padi sebesar 37 %, dan pada tahun 2015 produktivitas padi di kabupaten
banyuwangi menjadi peringkat satu nasional.
Dari hasil essay
ini, diharapkan kota-kota lainya di Indonesia bisa meniru dan menerapkan konsep
revitalisasi pertanian padi yang ada di Kota Banyuwangi, dengan menyesuaikan
kondisi dan kearifan lokal masing-masing daerah, jika hal tersebut dapat
dilaksanakan di kota-kota lainya di seluruh Indonesia dengan di dukung penuh
oleh Mentri Pertanian, secara optimis nantinya 3 tahun kedepan kita bisa
mewujudkan swasembada beras dan meningkatkan kesejahteraan petani khususnya,
dan juga masyarakat Indonesia.
0 komentar:
Post a Comment