Info seputar pangan nasional dan dunia

Media Internet Pertanian



 
Indonesia merupakan negara Agraris, yang mayoritas penduduknya bekerja menjadi seorang petani, halangan dan kendala senantiasa menghantui pertanian di Indonesia, mulai dari masalah
kurangnya informasi yang di berikan penyuluh untuk petani di Indonseia , terbatasnya sarana dan prasarana serta teknologi penunjang,  hingga masalah ketimpangan kebijakan pemerintah selalu mengiringi perjalanan dan perkembangan pertanian di Indonesia.
Kurangnya informasi yang di berikan penyuluh untuk petani-petani di Indonesia menjadi salah satu faktor kendala yang dialami pertanian di Indonesia, banyak penduduk di Indonesia yang bekerja sebagai petani masih belum memahami bagaimana cara bertani dengan optimal, karena kurangnya informasi yang mereka dapat dari penyuluh.
Perkembangan penyuluh pertanian di Indonesia, menurut Sadono (2012) dalam disertasinya, penyuluhan pertanian di Indonesia telah mempunyai sejarah yang cukup panjang, yang dimulai sejak awal abad 20. Penyuluhan pertanian bermula dari adanya kebutuhan untuk meningkatkan hasil pertanian, baik untuk kepentingan penjajah maupun untuk memenuhi kebutuhan pribumi. Kebutuhan peningkatan produksi pertanian diperhitungkan akan dapat dipenuhi seandainya teknologi-teknologi maju yang ditemukan para ahli dapat dipraktekkan oleh para petani sebagai produsen primer. Dengan hasil yang cukup menggembirakan, usaha-usaha ini terus dikembangkan dan kemudian dibentuk suatu sistem penyuluhan pertanian yang melembaga di Indonesia dengan dibentuknya Dinas Penyuluhan (Landbouw Voorlichting Dients atau LVD) pada tahun 1908 di bawah Departemen Pertanian (BPLPP 1978, Iskandar 1969). Setelah mencapai kemerdekaan, usaha penyuluhan pertanian terus dikembangkan oleh pemerintah. Berbagai sarana dan prasarana pertanian disediakan. Jumlah penyuluh ditambah dan ditingkatkan kemampuannya, demikian juga segala kemudahan bagi petani, termasuk berbagai subsidi, dan sebagainya. Namun demikian, sejalan dengan perjalanan politik pemerintahan Indonesia, paradigma penyuluhan pertanian tidak terlepas dari perkembangan tersebut.
Kondisi penyuluhan pada era otonomi daerah, menurut Anwas (2009) dalam disertasinya, di sisi lain perubahan pemerintahan khususnya otonomi daerah memunculkan perubahan-perubahan dalam penyelenggaraan pemerintahan. Sistem pemerintahan yang semula bersifat sentralistik berubah menjadi desentralistik, berimplikasi pada munculnya berbagai permasalahan dalam pembangunan pertanian termasuk dalam penyelenggaraan penyuluhan. Keterbatasan jangkauan penyuluhan pertanian memerlukan pendekatan baru dalam pelaksanaan penyuluhan pertanian.
Keterbatasan tenaga penyuluh menyebabkan sulitnya mengakses informasi antara petani dengan penyuluh. Padahal saat ini perkembangan teknologi komunikasi dan informasi kian berkembang pesat. Pemanfaatan teknologi komunikasi dan informasi dapat dijadikan alternatif tepat untuk dimanfaatkan oleh para penyuluh sebagai media untuk berkomunikasi dengan masyarakat petani. Perkembangan teknologi komunikasi dan informasi telah menyebabkan perubahan dalam masyarakat. Tidak hanya masyarakat perkotaan saja yang mendapatkan manfaat dari kemajuan teknologi komunikasi tersebut, tetapi masyarakat pedesaan atau masyarakat pertanian pun telah merasakan kemudahan akses informasi melalui teknologi komunikasi tersebut yang biasa disebut dengan media massa. Menurut Ardianto et al. (2014) media massa pada dasarnya dapat dibagi menjadi dua kategori, yakni media massa cetak dan media massa elektronik. Internet sebagai media massa elektronik berdampak besar bagi para penggunanya dan mencakup berbagai kalangan. Perkembangannya pun dari tahun ke tahun mengalami peningkatan, khususnya di daerah pedesaan.
Semakin majunya teknologi komunikasi dan informasi, semakin memudahkan khalayak untuk berinteraksi. Seperti halnya internet yang saat ini menjadi bagian dari aktivitas masyarakat diberbagai kalangan. Fenomena yang sedang menjadi perbincangan adalah media sosial di internet, seperti halnya google, yahoo, blog, facebook, twitter, dan lain-lain. Media sosial di internet menjadi trend dan tidak dapat dipungkiri lagi manfaat yang diberikan oleh media sosial tersebut. Manfaat yang diberikan berupa kemudahan mengakses informasi dan isu-isu yang tengah berkembang. Selain sebagai media untuk mengakses dan mendapatkan informasi, media sosial di internet juga dapat dimanfaatkan untuk berbagi informasi. Media sosial di internet dapat dijadikan salah satu potensi untuk memudahkan dan memperluas akses dengan masyarakat petani. Media sosial di internet banyak menawarkan berbagai fasilitas untuk mencari dan berbagi informasi. Maka dari itu, menarik untuk dilakukan pengkajian mengenai pemanfaatan media sosial di internet oleh penyuluh pertanian.
Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) berperan dalam mendukung tersedianya informasi pertanian yang relevan dan tepat waktu. Informasi hasil-hasil penelitian dan inovasi teknologi di bidang pertanian membantu upaya peningkatan produksi komoditas pertanian, sehingga tercapai pembangunan pertanian yang diharapkan. Informasi dan pengetahuan tentang pertanian akan menjadi pemicu dalam menciptakan peluang untuk pembangunan pertanian dan ekonomi sehingga terjadi pengurangan kemiskinan. TIK dalam sektor pertanian yang tepat waktu dan relevan memberikan informasi yang tepat guna ke pada petani untuk pengambilan keputusan dalam berusaha tani, sehingga efektif meningkatkan produktivitas, produksi dan keuntungan (Pinardi, 2011). Yang tidak kalah penting, media internet juga bisa menjadi media pembelajaran yang efektif untuk para petani. Kandungan informasi tentang pertanian yang sangat luas dan menarik bisa menjadi media untuk meningkatkan kualitas sumberdaya menusia pertanian. Apalagi sekarang hampir semua lembaga dan instansi pertanian telah memiliki website,  yang memuat berbagai hasil penelitian dan terapan teknologi pertanian sehingga petani bisa memetik ilmu dan pengalaman dari website itu.
            Dengan demikian, internet sebagai media komunikasi dan informasi seharusnya dapat dimanfaatkan oleh para penyuluh pertanian. Menurut Iskandar (2011), di internet kita bisa menggunakan salah satu fasilitas untuk berkirim surat, apalagi sekarang mulai berkembang cara untuk berkomunikasi dalam bentuk web, mini blog, email, maupun aplikasi add-ons. Misalkan melalui media facebook, twitter, yahoo messanger, dll. Potensi ini dapat direalisasikan apabila lembaga penyuluhan atau pemerintah menyediakan kemudahan akses internet bagi penyuluh. Upaya ini penting dilakukan guna menciptakan kebutuhan informasi dan komunikasi kepada penyuluh melalui teknologi internet, khususnya melalui media sosial di internet dengan fungsinya sebagai media untuk berkomunikasi dan berpotensi untuk dimanfaatkan.
Share:

0 komentar:

Post a Comment

Kabar Pangan. Powered by Blogger.

Blog Archive