Fenomena penurunan minat pemuda di
Indonesia untuk berkecimpung di dunia pertanian tampak semakin memprihatinkan.
Diakui atau tidak, saat ini sudah terdapat jurang pemisah antara
pemuda dengan kesadaran pemuda untuk mengelola lahan-lahan pertanian. Hal inilah yang membuat proses regenerasi petanipun sulit dilakukan. Alhasil para petani yang aktif bekerja di lahan pertanian tetap didominasi oleh generasi tua yang tentunya mempunyai berbagai hambatan dari segi kemampuan bekerja dan produktivitas yang cenderung rendah.Padahal, jika dilihat dari segi data kependudukan, berdasarkan penggolongan usia pemuda saat ini saja yang hampir dua per tiga dari total populasi penduduk Indonesia. Di samping itu, kurangnya dukungan para orang tua bahkan orang tua yang menjadi petani sekalipun, tidak memberi dukungan secara mental maupun material terhadap anak-anak mereka untuk menjadi petani. Alasan ini juga menjadi penyebab pemuda tak tertarik menjadi petani. Andaikan para pemuda ini terketuk pintu hatinya dan teguh pendirian untuk turun ke ladang, tentu hal ini dapat menjadi potensi besar yang dapat dioptimalkan untuk pembangunan sektor pertanian Indonesia.
pemuda dengan kesadaran pemuda untuk mengelola lahan-lahan pertanian. Hal inilah yang membuat proses regenerasi petanipun sulit dilakukan. Alhasil para petani yang aktif bekerja di lahan pertanian tetap didominasi oleh generasi tua yang tentunya mempunyai berbagai hambatan dari segi kemampuan bekerja dan produktivitas yang cenderung rendah.Padahal, jika dilihat dari segi data kependudukan, berdasarkan penggolongan usia pemuda saat ini saja yang hampir dua per tiga dari total populasi penduduk Indonesia. Di samping itu, kurangnya dukungan para orang tua bahkan orang tua yang menjadi petani sekalipun, tidak memberi dukungan secara mental maupun material terhadap anak-anak mereka untuk menjadi petani. Alasan ini juga menjadi penyebab pemuda tak tertarik menjadi petani. Andaikan para pemuda ini terketuk pintu hatinya dan teguh pendirian untuk turun ke ladang, tentu hal ini dapat menjadi potensi besar yang dapat dioptimalkan untuk pembangunan sektor pertanian Indonesia.
Negara Indonesia sejak
dahulu kala sudah dikenal sebagai bangsa agraris dengan dukungan keanekaragaman
hayati yang berlimpah-ruah, iklim tropis yang cocok untuk menanam berbagai
jenis tanaman dan jumlah penduduk yang sangat tinggi. Akan sangat menyedihkan
apabila pertanian di Indonesia tetap mengalami stagnasi seperti ini. Tidak ada
perkembangan dan tidak ada kemajuan karena kurangnya tenaga kerja profesional
yang terjun langsung ke lahan produksi. Oleh sebab itu, hal ini merupakan bahan
renungan kita bersama, bahwa keterlibatan peran pemuda dan upaya regenerasi
petani memiliki urgensi besar yang harus
diperhatikan oleh pemerintah dan masyarakat demi mencapai pemenuhan kebutuhan
pokok bangsa terutama menyangkut ketahanan pangan nasional. Namun yang menjadi
masalah adalah sejauh mana pertanian itu mampu menarik hati bagi pemuda?
Beberapa tahun terakhir, sering kita mendengar bahwa terdapat kecenderungan para pemuda baik di kawasan perkotaan
maupun di pedesaan yang kurang tertarik terhadap dunia pertanian. Umumnya dalam
pandangan pemuda, bertani adalah pekerjaan kunoyang kurang bergengsi, anggapan
bahwa bertani membutuhkan banyak tenaga namun hasilnya tidak setara dengan
jumlah upah yang didapatnya dan banyaknya resiko yang harus ditanggung jika
gagal panen.Paradigma seperti itulah yang sangat mempengaruhi minat para pemuda
untuk menjadikan bertani sebagai mata pencaharian.
Membangun citra pertanian di mata pemuda dapat dilakukan salah satunya
dengan mendirikan komunitas tani untuk kawula muda. Komunitas ini dapat diprakarsai
dengan melakukan kerja sama dengan para pelajar atau mahasiswa khususnya bagi
para pemuda yang duduk di sekolah menengah atau mahasiswa berbagai perguruan
tinggi. Akan ada komunitas pusat yang merangkul beberapa komunitas kecil di
sekolah-sekolah atau perguruan tinggi dalam bentuk unit ekstrakurikuler atau
unit kegiatan mahasiswa. Perekrutan anggota sangat mudah, karena sifatnya
komunitas ini non-profit,sehingga hanya diperlukan tekad
dan keinginan kuat untuk memajukan pertanian bangsa. Komunitas sejenis memang sudah mulai dikembangkan oleh
beberapa pemuda yang memiliki perhatian lebih terhadap permasalahan pertanian
di Indonesia. Namun kebanyakan masih berjalan sendiri-sendiri dan belum ada
komunitas besar se-Indonesia yang memfasilitasi dan menaungi komunitas
tersebut.
Setidaknya dengan
adanya komunitas ini, anggotanya akan perlahan berubah paradigmanya terhadap
pertanian karena seringnya mengkaji hal-hal yang berkaitan dengan pertanian di
Indonesia. Sebenarnya pertanian itu bukan sekadar mencangkul di sawah dan
menjadi petani tidak selalu identik dengan kemiskinan. Banyak metode yang dapat
dikembangkan untuk sekedar bercocok tanam. Melalui kegiatan rutinnya,komunitas
ini akan memperkenalkan sistem tanam modern dan kekinian seperti halnya Hidroponik,
Aeroponik dan juga Akuaponik kepada seluruh anggotanya.Metode-metode tersebut memudahkan kita untuk menanam berbagai
jenis sayuran dan buah dan dapat menjadi alternatif dalam mengatasi kekeringan
yang melanda di berbagai daerah di Indonesia. Kelebihan lainnya dari sistem ini
adalah dengan lahan minimal, kita dapat meraup keuntungan maksimal. Kemudahan bercocok tanam secara
hidroponik,aeroponik dan juga akuaponik ini menjadi nilai tambah, selain hemat,
produk pertanian yang dihasilkannya dijamin sehat karena tidak perlu memakai
pestisida maupun bahan kimia saat pengaplikasiannya.
Komunitas ini juga
dapat membangun citra pertanian di mata pemuda pedesaan. Dengan adanya
sosialisasi maupun kampanye-kampanye pertanian, dapat menumbuhkan yang membuat
generasi muda tersadar akan pentingnya pertanian dengan segala potensi yang
dimilikinya. Maka dari itu, agenda roadshow
untuk mengunjungi kota-kota yang memiliki tingkat produktivitas lahan pertanian
yang tinggi, guna mengajak pemuda di kota tersebut dengan mengadakan talkshowakan diadakan diadakan rutin
setiap bulannya.Talkshow
ini diharapkan dapat memberikan wawasan dan edukasi kepada para pemuda tentang
masih luasnya peluang dan potensi bisnis budidaya tanaman khususnya dalam hal
bertani modern salah satunya dengan memanfaatkan aplikasi smartphone.
Saat
ini di Indonesia,aplikasi smartphone
yang memudahkan para petani saat bekerja di ladang sudah mulai dikembangkan.Oleh
sebab itu, pada saat roadshow,
perwakilan dari komunitas tani akan mendemokan pemakaian aplikasi produk lokal
buatan anak bangsa tersebut sebagai wujud dari usaha membuka wawasan pemuda
desa untuk melek teknologi dan membuang jauh-jauh pikiran bahwa petani itu
kuno.Sebut saja aplikasi yang bernama ‘Mata Daun’. Dengan
aplikasi ini para petani bisa menghitung jumlah pupuk yang dibutuhkan
tanaman seperti padi dan kedelai hanya dengan memfoto daunnya. Selain itu hanya
dengan kamera gadget aplikasi ini bisa mendeteksi warna-warna daun dan
mengukur kadar klorofil dan nitrogen di daun tersebut. Selain itu ada pula aplikasi
yang di beri nama “Petani” ini merupakan hasil kreasi pengembang dari
Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada. Aplikasi ini menggunakan layanan
via short message service (SMS) yang akan berfungsi sebagai jembatan dan
sarana komunikasi antara petani dan para pakar pertanian.Sehingga jika petani
mengalami kebingungan dapat menanyakannya ke pihak fakultas pertanian UGM
dan pihak kampus UGM pun sudah menyediakan mobil khusus yang akan meninjau
langsung kondisi petani di lapangan setelah mendapat informasi dari para petani
(Prehan, 2014).
Dari ulasan saya
diatas, dapat disimpulkan bahwa pada kenyataanya komunitas tani
untuk kawula muda ini akan secara tidak langsung menjadi gebrakan yang
datangnya dari pemuda yang mulai sadar
akan pentingnya sektor pertanian di Indonesia.Petanimuda Indonesia yang
memiliki semangat bertani dan melek teknologi bukanlah angan semata. Banyak
manfaat yang dapat diperoleh bangsa jika produktivitas petani meningkat. Salah
satunya didukung dengan penggunaaan sistem pertanian modern seperti hidroponik,
aeroponik dan akuaponik. Apalagi dukungan aplikasi yang dapat digunakan oleh
petani hanya dengan beberapa kali menekan layar sentuh dan dengan mengaktifkan
fitur aplikasi smartphone yang
diperuntukkan bagi para petani. Namun hal ini menjadi tantangan pemerintah saat
ini untuk mematahkan paradigma petani tentang penggunaan smartphone yang dinilai sebagai ‘korban’ perkembangan zaman atau
yang memandang smartphone sebagai
budaya konsumtif orang menengah ke atas. Padahal saat ini di pasaran sudah
banyak smartphone dengan fitur cukup
bagus yang harganya sangat terjangkau.
Tumbuhnya
minat pemuda untuk ikut berkiprah dalam bidang usaha pertanian yang secara
tidak langsung ikut membantu pemerintah menuju ketahanan pangan nasional yang
optimal.Oleh sebab itu kelompoktani untuk kawula muda inidinilai memiliki
antusiasme tinggi dalam rangka melakukan ”rebranding” konsep tani sehingga
diharapkan ke depannya semakin banyak tumbuh dan berkembang generasi muda yang
mau berkecimpung di dunia ini dengan membawa konsep-konsep tani yang lebih
segar dan penuh kreativitas.
0 komentar:
Post a Comment