Penggalan lirik
lagu dari Koes Plus diatas tentunya tidak asing lagi bagi telinga-telinga orang
Indonesia dimasa sekarang ini. Lirik yang diciptakan berdasarkan pada realitas
kekayaan sumber
daya alam Indonesia dengan segala macam jenis dan keunikannya. Salah satu kekayaan yang menjadi andalan Indonesia adalah dibidang pertanian. Pertanian memberikan kontribusi besar dalam pemenuhan kebutuhan sumber daya di Indonesia adalah salah satu alasan kenapa Indonesia berstatus sebagai negara agraris. Ruang lingkup pertanian bukan hanya berhubungan dengan bercocok tanam dan sejenisnya, tetapi juga meliputi budidaya hewan ternak (peternakan), dan budidaya sumber daya perairan (perikanan). Sehingga pertanian merupakan salah satu sektor terpenting dalam pemenuhan kebutuhan pangan secara komplek bagi masyarakat Indonesia.
daya alam Indonesia dengan segala macam jenis dan keunikannya. Salah satu kekayaan yang menjadi andalan Indonesia adalah dibidang pertanian. Pertanian memberikan kontribusi besar dalam pemenuhan kebutuhan sumber daya di Indonesia adalah salah satu alasan kenapa Indonesia berstatus sebagai negara agraris. Ruang lingkup pertanian bukan hanya berhubungan dengan bercocok tanam dan sejenisnya, tetapi juga meliputi budidaya hewan ternak (peternakan), dan budidaya sumber daya perairan (perikanan). Sehingga pertanian merupakan salah satu sektor terpenting dalam pemenuhan kebutuhan pangan secara komplek bagi masyarakat Indonesia.
Pelaku utama dari sektor pertanian adalah para petani yang dominan
melakukan kegiatan pertanian didaerah pedesaan. Desa merupakan daerah yang memiliki potensi
ekonomi sangat melimpah. Hal ini disebabkan sumber daya alam yang masih
melimpah, diantaranya adalah hasil
pertanian, hasil hutan, peternakan, dan potensi kearifan lokal lainnya. Menurut
Prawiradiputra (2009), kebanyakan petani
di Indonesia ternyata belum dapat
memanfaatkan berbagai sumber daya yang tersedia dalam sistem usaha taninya
secara optimal. Padahal dengan pengelolaan yang baik, hasil yang diperoleh dari sistem usaha tani
tanaman-ternak bisa lebih banyak daripada yang
diperoleh sekarang. Tentu sangat disayangkan jika potensi-potensi
tersebut terus-menerus terbuang tanpa ada manfaat yang didapatkan. Salah satu
contoh potensi yang belum dimanfaatkan
secara optimal adalah limbah kotoran ternak, yang selama ini hanya dianggap
sebagai limbah atau sampah karena bau yang ditimbulkan. Sementara itu, umumnya
petani hanya memanfaatkan kotoran sapi sebagai pupuk yang sebenarnya dapat juga
dijadikan sumber energi, dan produk
turunan lain.
Pengolahan limbah kotoran ternak memiliki
potensi untuk dikembangkan guna mewujudkan desa mandiri, yaitu melalui
teknologi pengolahan biogas. Mengapa harus diolah menjadi biogas ? Biogas
berpotensi untuk menjadi sumber energi alternatif di Indonesia mengingat biaya produksi listrik tenaga bahan
bakar mineral dan fosil yang semakin mahal. Menurut Hardianto et al. (2000) ada
tiga keuntungan dari pengolahan limbah kotoran ternak menjadi biogas,
diantaranya : 1) biogas dapat digunakan sebagai sumber energi alternatif menggantikan bahan bakar fosil maupun kayu
bakar, 2) sisa pengolahan cair (fluid
sludge) dapat dimanfaatkan sebagai pupuk, dan 3) ampas
padat (solid sludge) dapat menjadi campuran pakan ternak. Selain
itu, pengolahan limbah kotoran ternak menjadi biogas juga menjadi solusi bagi permasalahan
lingkungan di pedesaan. Konsep pengolahan limbah ini biasa disebut dengan Zero Waste pada bidang pertanian lebih
khususnya peternakan. Penerapan Zero
Waste pada bidang pertanian khususnya didaerah pedesaan mempunyai beberapa
kelebihan misalnya, konsep Zero waste yang
akan diterapkembangkan sangat sederhana, sehingga para petani yang pada ummnya
mempunyai latar belakang low-educated
bisa dengan mudah mengerti dan mengaplikasikannya.
Wahyuni (2011)
menyatakan bahwa biogas dapat menyalakan api dengan energi 6400-6600 kcal/m3. Energy yang terkandung dalam 1 m3
biogas setara 0,62 liter paraffin, 0,46 liter LPG, 0,52 liter bahan bakar
diesel, 0,08 liter bensin, dan 3,5 kg kayu bakar. Hasil studi menyatakan bahwa satu ekor sapi
dapat menghasilkan 25 kg limbah kotoran.
Jadi, dari 411 ekor ternak dapat
menghasilkan 10.275 kg limbah kotoran dengan limbah kering 2.055 kg, yang dapat menghasilkan 82,2 m3 biogas
per hari. Dengan kata lain, dari 441
ekor ternak memiliki potensi untuk memproduksi 384,4 kWh per hari.
Selain energi dari biogas dimanfaatkan untuk instalasi listrik, dapat juga
digunakan untuk memenuhi kebutuhan pangan melalui pemanfaatan energi menjadi
kompor gas. Hal tersebut disebabkan kandungan dari biogas yaitu CH4
yang sangat mudah terbakar.
Proses
pembuatan biogas menjadi sumber energi alternatif menghasilkan residu atau hasil sampingan berupa limbah atau
sampah. Hasil sampingan tersebut berupa limbah padat dan limbah cair
yang biasa disebut dengan slurry.
Tentunya dalam penerapan Zero Waste yang
harus dilakukan adalah dapat mengurangi
limbah sebanyak mungkin. Oleh karena itu, slurry
padat akan dimanfaatkan menjadi
pupuk (fertilizer), karena
kualitas pupuk organik hasil biogas memiliki kandungan yang lebih baik daripada
pupuk organik melalui proses biasa, hal ini dikarenakan pada proses fermentasi
dalam digester terjadi perombakan anaerobic bahan organik, menjadi gas
metan (CH4) dan asam organik yang mempunyai berat molekul yang
rendah sehingga konsentrasi N, P, K akan meningkat. Untuk slurry cair dari proses pembuatan biogas dapat dimanfaatkan menjadi
pembuatan pakan ikan, kemudian ditambah dengan bahan-bahan lain untuk meningkatkan
kandungan gizi dari pakan tersebut seperti ampas tahu, dedak, dan bonggol
jagung.
Pemanfaatan slurry dapat lebih dioptimalkan dengan
melakukan suatu langkah wirausaha. Misalnya dilakukan pengemasan terhadap pakan
ikan (pellet) yang bisa dijual kemasyarakat. Selain itu, dapat melalui
pemanfaatan pupuk secara optimal disektor pertanian yang akan berimbas pada
peningkatan hasil panen. Dari hasil panen tersebut dapat dihasilkan
produk-produk turunan yang dapat dijual kemasyarakat.
Jadi,
keuntungan yang didapatkan dari penerapan Zero
Waste di bidang pertanian adalah
dari segi energi, finansial, dan ekologi. Dari ketiga keuntungan tersebut pada
akhirnya akan memberikan efek positif kepada masyarakat yang menerapkan sistem Zero Waste yaitu terpenuhinya kebutuhan
pangan (food) secara lebih mudah, murah, dan berkelanjutan. Sehingga nantinya dapat mencapai kemandirian ekonomi
bangsa melalui gerakan Zero Waste
yang akan merambah keberbagai sektor di Indonesia.
0 komentar:
Post a Comment